Industri Strategis Indonesia Sebagai Pilar Ketahanan Nasional di Tengah Persaingan Kekuatan Dunia

- 5 Januari 2024, 08:53 WIB
/Pemerhati dan panulis kedirgantaraan Eddy Budianto dengan latar belakang pesawat 'Fliying Test" CN235 Hasil industri PT Dirgantara Indonesia./EBM /

SABACIREBON  -- Bahwa negara Republik Indonesia yang telah mencapai usia lebih dari setengah abad, saat ini sudah memasuki masa penting sebagai suatu bangsa di tengah-tengah bangsa lain di dunia.

Berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa dan memiliki lebih dari 17.000 pulau, dengan posisi strategis ditengah garis katulistiwa sepanjang kurang lebih seperdelapan lingkaran bumi, terapit dua samudra dan dua benua.

Dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan. Dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk membangun kawasan nusantara ini.

Dalam rangka mendukung kepentingan nasional untuk  memperkuat ketahanan dan pertahanan negara Indonesia, maka kekuatan yang harus dibangun untuk menjamin terciptanya stabilitas nasional haruslah tumbuh dan dikembangkan sedapat mungkin muncul dari kekuatan sendiri.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Kecelakaan Kereta di Cicalengka: KA Turangga Bertabrakan dengan KA Lokal Bandung Raya 

Oleh sebab itu sedini mungkin diusahakan agar tingkat ketergantungan terhadap negara lain dikurangi bahkan ditiadakan. Disamping itu pentingnya  membangun jaringan transportasi dan komunikasi meru[akan  suatu keniscayaan.

Dengan demikian akan meningkatkan posisi tawar dan martabat bangsa Indonesia di kancah pergaulan International.

Wahana yang menjadi pilar dan ujung tombak terobosan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membangun kekuatan nasional adalah industri strategis yang padat modal, padat inovasi dan bersifat integratif.

Salah satu pilar yang dimaksud untuk membangun jembatan udara adalah industri pesawat terbang yang dapat menghubungkan Sabang sampai Merauke. Bukan hanya sekedar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi-nya saja, namun lebih luas lagi untuk meningkatkan citra bangsa ditengah-tengah perkembangan iptek dunia.

Baca Juga: Bawaslu Wonosobo Intensif Lakukan Pengawasan di Gudang Logistik Perakitan Kotak Suara

Namun dalam lima tahun terakhir ini, justru komponen wahana startegis itu diporak porandakan.

Oleh sebab itu pemahaman yang menyesatkan tentang orientasi hanya membeli tanpa bila menguasai sarana dan prasarana dari hasil IPTEK bangsa lain, hanya akan menciptakan ketergantungan yang semakin kuat.

Hal ini harus ditingkatkan menjadi kemampuan untuk membuat dan selanjutnya menjual hasil produk sendiri, untuk melepaskan ketergantungan terhadap bangsa lain, sehingga akan mendatangkan keuntungan ganda bagi bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia, yaitu diantaranya meningkatkan posisi tawar dan menjadi mandiri atas kekuatan bagi pertahanan dan keamanan bangsa.

Baca Juga: Berikut Ini Upaya Pencegahan Flu dan Batuk di Musim Pancaroba  

Modal Dasar

Dalam rangka mensejajarkan diri dengan negara industri lainnya, Indonesia haruslah mengkoordinasikan modal dasar suatu kekuatan industri yang dimilikinya menjadi suatu kekuatan yang saling bersinergi.

Salah satu titik kekuatan industri adalah keandalan dalam bidang teknologi, dimana penguasaan teknologi  menjadi syarat mutlak yang  selanjutnya  dapat mengembangkan keunggulan teknologinya dan meningkatkan daya saing.

Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu  institusi sebagai  ujung tombak dalam pemanfaatan teknologi tinggi untuk menghasilkan produk bermutu international selain  merangsang berkembangnya industri di berbagai bidang.

Baca Juga: NTC Gelar Jumpa Penggemar di Asia dan Jakarta

Pelopor untuk meraih penguasaan teknologi tersebut  pada posisi strategis berada digaris depan dalam hal teknologi dengan tujuan mencapai kepentingan ekonomis maupun kepentingan strategis, yaitu kemandirian dalam bidang teknologi maupun pertahanan dan keamanan negara.

Teknologi maju yang diramalkan akan sangat berpengaruh terhadap industri masa depan dan akan sangat berperan pada kekuatan ekonomi negara yang memilikinya adalah teknologi dalam bidang ; kedirgantaraan, elektronika, energi dan biotek.

Oleh sebab itu penguasaan teknologi nasional  masa depan harus diarahkan kepada bidang-bidang tersebut.

Institusi yang menjadi agen penguasaan teknologi tersebut  akan berada digaris depan dalam menciptakan produk-produk berdaya saing tinggi. Sehingga pada kesempatan berikutnya akan menjadi stimulan bagi industri lainnya (termasuk swasta) dalam  berpartisipasi aktif sebagai penunjang.

Baca Juga: Angin Puting Beliung Rusak Puluhan Rumah di Kecamatan Juntinyuat Indramayu

Dengan demikian institusi ini termasuk kelompok industri strategis yang berperan  merangsang pertumbuhan industri dalam negeri. Kelompok industri strategis ini haruslah mengemban misi penguasaan teknologi dalam rangka transformasi industri, dan memupuk keuntungan secara ekonomis sebagaimana suatu “business entity” perseroan.

Kelompok industri strategis yang sangat penting itu terutama meliputi bidang industri yang terkait dengan kepentingan wilayah kelautan, udara, darat, dan lingkungan hidup.

Mengingat  added cost  yang dibutuhkan cukup tinggi, terutama untuk kepentingan riset dan pengembangan, maka pengelolaan institusi industri strategis  haruslah berada dalam koordinasi negara.  Dengan demikian diharapkan nantinya dapat menciptakan value added setinggi-tingginya bagi negara dan bangsa.

Kelompok ini sedapat mungkin harus dibiayai dan dikelola oleh negara, meskipun hasilnya akan ditransfer kepada industri penunjang lainnya, mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir.

Baca Juga: Witan Beberkan Menempati Posisi Full Back Kanan di Laga Uji Coba Timnas Indonesia vs Libya 

Pelaksana untuk mewujudkan hasil temuan dari hasil riset itu bisa saja diserahkan kepada industri swasta nasional yang kapabilitasnya sudah teruji dan mampu menjadi partner.

Konsep  pembangunan industri melalui transformasi industri dan proses alih teknologi dengan konsep empat tahapan yaitu: Penguasaan teknologi yang telah ada; Pengintegrasian teknologi yang telah ada untuk menghasilkan produk baru; Pengembangan teknologi dan penemuan teknologi baru dan  Penelitian dasar mengembangkan teknologi baru.

Ini semua perlu dilakukan dengan maksud  mencapai keunggulan kompetitif  dalam ekonomi berbasis industri. 

Pembangunan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penyerapan teknologi bersumber dari  luar negeri harus dilakukan dengan baik dan cepat, agar dapat menghasilkan produk-produk unggul yang mampu bersaing di pasar international.

Baca Juga: Tahun 2023 Penerima Pajak Indramayu Melampaui Target, Tembus 931,7 Miliar 

Industri strategis bukan hanya industri yang mempunyai arti penting dalam hal keamanan negara, melainkan juga menjadi tulang punggung pertumbuhan industri nasional. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu institusi yang mempunyai tugas pokok antara lain :

  1. Membina secara teknis dan mengembangkan industri strategis agar teknologi, produktivitas dan efisiensi penyelenggaraannya dapat menunjang pembangunan nasional serta kemandirian pertahanan dan keamanan;
  2. Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan industri strategis itu secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna;
  3. Mengawasi penyelenggaraan dan pengelolaan industri strategis.

Selain itu penting diketahui bahwa  pilar-pilar wahana industri yang harus  menjadi penyanggah utama adalah terdiri dari:

  1. Industri Kedirgantaraan ( terutama industri pesawat terbang) untuk membangun jembatan udara yang dapat mempercepat arus pergerakan kegiatan ekonomi dan lainnya. Disamping untuk kepentingan kematraan udara sebagai kekuatan militer dan industri lainnya,

   2.    Industri lainnya:

    - Industri elektronika (  telekomunikasi, eletronika perangkat lunak, dll);

   - Industri  energi  ( pemesinan, pembangkit listrik, dll);

   - Industri biotek  ( petrokimia, dll) .

Baca Juga: Resep Ayam Geprek: Selera Pedas Gurih Menyatu dalam Setiap Gigitan, Bonus Sambal Korek Terasi dan Dabu Dabu 

Berbagai pilar yang disebutkan merupakan sebagian besar industri padat modal  yang membutuhkan dukungan finansial tidak keil dan  diharapkan menghasilkan keuntungan besar pula.

Penguatan pilar-pilar bidang industri  tersebut yang pasti akan menimbulkan   “multiplay efect” sangat besar bagi perkembangan industri di Indonesia.

Namun sayangnya dalam beberapa tahun terakhir harapan tersebut  dihancurkan peranannya oleh tokoh politik yang sangat berorientasi kebaratan. Sehingga secara sistematis mereka hendak menjualnya dengan alasan untuk menanggulangi kebangkrutan bangsa.

Padahal pilar kekuatan ekonomi bangsa ini hancur bukan hanya karena pilar strategis ini yang hancur, tetapi karena para konglomerat dan birokrasi/oknom pemerintah yang sudah berkolusi begitu mesranya sehingga negara menanggung akibatnya.

Baca Juga: Resep Ayam Geprek: Selera Pedas Gurih Menyatu dalam Setiap Gigitan, Bonus Sambal Korek Terasi dan Dabu Dabu 

Aspek kemampuan sumber daya manusia yang sedemikian besarnya tak termanfaatkan dengan baik, dimana tenaga-tenaga terampil dan professional tak diberi tempat yang memadai dengan keahliannya. Ini menyebabkan  banyak diantara mereka memilih pergi ke negara lain untuk pemberdayaan kemampuannya.

Disamping itu banyak warga negara yang menerima bea siswa, baik dari pemerintah maupun institusi lainnya untuk belajar diluar negeri, tidak mendapat perhatian yang cukup hingga mereka memilih survival di negeri orang (bekerja disana). Artinya keahlian mereka dimanfaatkan oleh negara lain.

Modal dasar ini perlu dipertimbangkan lagi oleh pemerintah dalam membangun sarana dan prasarana bagi mereka yang berkemampuan lebih ini agar tidak menjadi pengangguran terselubung.

Mengapa kita hanya berfikir jangka pendek dengan meninabobokan rakyat miskin dengan “memberi ikan”, tapi bukan memberi kailnya ? Mengapa pemerintah hanya sibuk membagikan kenikmatan sesaat (misalnya ; BLT) dan menebar penderitaan yang berkepanjangan? Mengapa tega membuat pembodohan rakyat yang sudah mau belajar dari kehidupan ini dengan bertindak bak sinterklas ??

Baca Juga: Akibat Gempa Banten, 10 Rumah di Kabupaten Sukabumi Rusak Berat hingga Roboh 

Industri Strategis di Persimpangan

Mari tunjukkan kepada dunia internasional bahwa bangsa ini sudah cukup mengalami penjajahan selama tiga setengah abad lebih, dan tidak akan membiarkan sejengkal tanahpun untuk diserahkan kepada negara lain. Meskipun negara lain tersebut mengaku sebagai saudara dekat sekalipun. Kesatuan Negara Republik Indonesia tak bisa tawar menawar melalui diplomasi atau cara apapun. Sekali merdeka tetap merdeka.

Betapa besar peran dan manfaat  industri strategis itu jika dikelola dengan semangat patriotism demi keutuhan negara Indonesia. Tetapi kenyataan yang ada saat ini koordinasi untuk membangun sinergi antar unsur-unsur penting industry milik negara itu seakan-akan hanya diarahkan meraup laba sesaat tanpa mempertimbangkan keuntungan dimasa depan yang lebih besar.

Kita tidak boleh  semakin tergantung kepada negara penjual yang akan semakin mengikat dan mempersempit ruang gerak di masa yang akan datang. Bentuk penjajahan gaya baru sudah mulai bergerak lebih cepat dari tindakan kita untuk mengantisipasinya.

Baca Juga: Sebanyak 93 orang Pengedar Narkoba di Sumatera Utara Dituntut Hukuman Mati  

Industri pertahanan yang seharusnya mempunyai kemandirian untuk membangun kewibawaan negara di mata bangsa-bangsa lain saat ini sebagian besar sangat tergantung pada negara-negara adikuasa.

Bagaimana lemahnya industri pertahanan kita ketika sumber bahan baku, teknologi proses produksinya dan riset diembargo dengan mudah, lalu terjadilah kelumpuhan energi dalam mengembangkan kemampuan diri, karena ketergantungan tersebut.

Mari kita coba kaji betapa porakporandanya rencana industry strategis dasa warsa terakhir ini. Pengembangan karya temuan baru di bidang teknologi kedirgantaraan muncul dari pihak non government/swasta (perhatikan program R80).

Sedangkan industri milik negara yang menangani hal itu justru masih berkutat pada upaya survival untuk bisa bertahan hidup. Jumlah aliran dana riset pengembangan produk yang diberikan kepada mereka masih sangat kecil dibandingkan kebutuhannya.

Baca Juga: Yayasan Widyatama Peringati 'Golden Age' dengan Capaian Luar Biasa 

Potensi efek berganda (multiply effect) dari keberadaan industri kedirgantaraan ini sangat luas, karena keterlibatan tenaga kerja yang mengawakinya harus dari berbagai disiplin ilmu dan berkemampuan mumpuni di bidangnya masing-masing.

Apalagi  teknologi yang dibutuhkan untuk membangun pesawat tersebut berkembang sangat pesat dan lebih maju, sehingga dibutuhkan kreatifitas yang tinggi dalam mengejar kemajuan teknologi tersebut.

Sebagai contoh, teknologi deteksi pergerakan pesawat yang sangat rinci baik dari kondisi udara untuk deteksi kecepatan, ketinggian, posisi dan lainnya, kini juga dapat diaplikasikan pada kendaraan darat (mobil, dll). Atau jenis lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu per satu disini. Namun bukti dari keberadaan industri kedirgantaraan ini sudah dapat dilihat diberbagai industri ikutan lainnya.

Baca Juga: Makan Tomat Sehari Cegah Hipertensi dan Darah Tinggi, Benarkah ? 

Perkembangan penguasaan teknologi kedirgantaraan ini sebenarnya akan sangat terasa semakin mendukung kekuatan bangsa. Misalnya apabila rencana strategis pengembangan industri kedirgantaraan saat itu (dua dasa warsa yang lalu atau lebih) yang pernah diwacanakan, yaitu membeli lagi pesawat komuter (sejenis/sekelas CASA 212 yang sudah terbukti handal dikondisi kepulauan Indonesia) dalam jumlah yang banyak.

Pesawat komuter dimaksud penting untuk hubungan transportasi antar pulau dengan cara part by part (komponen), kemudian dirakit di tanah air (disamping industri yang telah ada juga difasilitasi dari pemasarannya dan diberi kelonggaran dalam pembiayaannya). 

Industry perakitannya itu harus dibangun di wilayah Indonesia timur ( di kota Makasar atau disekitar pulau Sulawesi lainnya) dengan tujuan memberi peluang bagi tenaga kerja Indonesia timur untuk berkarya dan menguasai teknologi maju melalui industry kedirgantaraan ini.

Baca Juga: Timnas Indonesia Harus Akui Keunggulan Libya, Begini Kata Justin Hubner  

Melalui langkah seperti itu  akan terjadi transfer of knowlage dari seniornya di industry PT Dirgantara Indonesia kepada yuniornya. Sayangnya rencana itu terputus ditengah jalan karena gonjang ganjing yang diciptakan oleh pihak luar/negara lain dengan menggerakkan warga negara kita sendiri untuk mengacaukan bahkan akhirnya menggagalkannya.

Kini semakin rendahnya kepedulian pemerintah di bidang pengembangan industri kedirgantaraan, semakin membuat kabur arah upaya alih teknologi bagi bangsa dan rakyat Indonesia di masa yang akan datang.

Andaikan industri kedirgantaraan yang dijalankan sesuai dengan konsep tersebut diatas, maka saat ini sudah tersedia tenaga terampil di bidang industry kedirgantaraan sedikitnya 3.000 orang. Artinya gap pengangguran terhadap peluang kerja bagi para teknisi muda dapat diperkecil.

Tentunya dampak yang sangat nyata adalah tersedianya jembatan transportasi udara antar pulau, dan kemudahan alur ekonomi antar daerah akan semakin mudah dan cepat.

Baca Juga: Cita Rasa Varian Kuliner: Sajian Lezat untuk Menyemarakkan Hari Ini

Lapangan kerja yang terkait dengan maintenance pesawatpun akan bertambah, termasuk manajemen bandara atau manajemen layanan disekitar lapangan terbangpun akan menyediakan peluang lapangan kerja bagi penduduk sekitarnya.

Peningkatan sektor lain pun akan terjadi yaitu tumbuhnya armada penerbangan komersil, biro perjalanan, sekolah teknik penerbangan, dan sebagainya. Namun semua itu sudah berlalu, tidak ada perubahan berarti, bahkan industri dirgantara yang ada saat ini harus berjuang lebih keras untuk mendapat dukungan pemerintah agar sekedar bertahan hidup.

Semua unsur  yang terkait berjalan sendiri, tanpa bersinergi, tanpa kepedulian terhadap nasib bangsanya sendiri, meskipun ada pemimpinnya sekalipun yang seharusnya mengambil keputusan untuk menyelamatkan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perkembangan terakhir yang dapat kita amati adalah berupa hasil karya anak bangsa yang seratus persen berasal dari dalam negeri sendiri, yaitu pesawat N219 yang saat ini sudah sampai tahap memperoleh sertifikasi kalayakan terbang.

Baca Juga: Innalilahi Wainnailaihi Rojiun, Rizal Ramil Menko Era Presiden Gusdur Tutup Usia

Selain itu masih banyak masyarakat tidak mengetahui bahwa putra-putri terbaik bangsa ini telah menghasilkan desain pesawat tempur yang dikerjasamakan dengan pihak Korea Selatan.

Disamping itu teknologi terbaru berupa desain pesawat tanpa awak (dron) yang mampu terbang terus menerus lebih dari 24 jam tanpa henti. Masih banyak lagi hasil karya teknologi khususnya alutsista; seperti roket, atau kapal selam tanpa awak. Desain pesawat bermesih Jet pernah dihasilkan seperti ; N2130, dan terakhir ada R80, yang sayangnya terhenti sampai pada tahap desain.

Industry lain selain pesawat terbang yang berkembang pesat adalah industri perkeretaapian, dimana PT INKA Madiun telah pula menghasilkan produk yang membanggakan seperti gerbong Kereta Api yang sudah dipasarkan ke manca negara.

Industry kapal di Surabaya juga secara diam-diam sedang mengembangkan produk baru, seperti kapal selam, bahkan bisa juga sampai kepada industri kapal induk, kalau dukungan pendanaannya siap untuk itu.

Baca Juga: Untuk Autopsi, Polisi Bongkar Makam Ibu dan Anaknya yang Meninggal Saat Persalinan

Bahkan industri persenjataan seperti membuat roket sampai kelas rudal jarak jauh sekalipun sangat mungkin dikembangkan.

Bidang industri lainnya  seperti PT PINDAD  telah pula menghasilkan berbagai produk, bukan hanya senjata laras panjang yang kini terkenal dengan kehandalannya (SS Varian1, 2, dll) juga telah menghasilkan kendaraan tempur, seoerti panser bahkan tank.

Industri Ujung Tombak

Tidak dapat disangkal bahwa industri kedirgantaraan merupakan salah satu agen dari ujung tombak industri  yang mengemban misi alih penguasaan teknologi. Persaingan usaha dunia dewasa ini telah bergeser dari perolehan keunggulan komparatif mengarah pada keunggulan kompetitif,  sehingga penguasaan teknologi haruslah menjadi titik kekuatan industri untuk dapat bersaing.

Baca Juga: Antisipasi Arus Balik Tahun Baru 2024, Tim Dobrak Polres Majalengka Lakukan Pengamanan di Tol Cipali  

Dengan berkembangnya industri dalam kelompok strategis ini, maka akan dapat menjadi stimulan bagi industri-industri penunjang lainnya. Demikian pula halnya bagi industri kedirgantaraan, dimana penguasaan teknologi menjadi andalannya.

Kelompok Industri Strategis ini (kedirgantaraan, kebaharian/perkapalan, transportasi darat, elektronika, dll)  menjadi ujung tombak  pemersatu bangsa melalui penyediaan sarana dan prasarana  jembatan udara, darat, dan laut, serta keperluan pendukung lainnya.

Oleh sebab itu industri kedirgantaraan merupakan salah satu industri strategis yang menjadi tumpuan dan ujung tombak pembangunan nasional.

Apabila Indonesia mengabaikan sektor ini, maka tak lama lagi negara ini akan menjadi negara terjajah dalam bidang IPTEK, dalam arti akan menjadi pasar dan mungkin saja menjadi tempat penampungan hasil teknologi yang sudah kedaluarsa.

Baca Juga: Kuliner Lezat untuk Sajian Spesial Hari Ini, Selasa, 2 Januari 2024

Hal tersebut bisa terjadi  karena negara ini hanya dapat menggunakan/memakai hasil teknologi orang lain bukan dapat membuat apalagi menjual produk sendiri yang dapat meningkatkan posisi tawar bangsa ini dalam kancah pergaulan negara-negara didunia.

Saat ini tergantung pada penguasa negara, apakah sektor ini akan diabaikan atau diperhatikan dengan berbagai konsekwensi logisnya sebagai suatu negara yang memiliki  industri berteknologi tinggi seperti PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT PAL, PT LEN, PT INKA, dlsb.

Negara tentunya bukan hanya turut memikirkan, namun yang lebih jauh lagi adalah ikut terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam memasarkan produk-produknya, mendukung permodalannya, bahkan memberikan pagar pengaman dari ancaman bahaya negara lain yang bermaksud melumpuhkannya melalui kebijakan-kebijakan yang kondusif terhadap pergerakan perusahaan-perusahaan strategis ini ditengah-tengah pasar regional maupun international.

Pada prinsipnya kemandirian penguasaan teknologi akan membentuk kekuatan Berdikari di bidang teknologi untuk memperkuat Ketahanan Nasional bangsa Indonesia.***   (Eddy B Misnan – Cimahi)

Editor: Otang Fharyana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah