Mirip Aurora Borealis, Cahaya Hijau Terdeteksi Pertama Kali di Planet Mars

16 Juni 2020, 13:35 WIB
ILUSTRASI aurora.* PIXABAY /

PR CIREBON - Cahaya hijau yang terlihat mirip Aurora Borealis terdeteksi untuk pertama kalinya ada di sekitar planet Mars.

Seperti yang diberitakan Pikiran Rakyat, selama ini, Aurora Borealis yang ada di Bumi terjadi akibat emisi garis hijau (green line emissions) yang dipicu eksitasi oksigen di atmosfer Bumi.

“Salah satu emisi paling terang yang terlihat di Bumi berasal dari cahaya malam. Lebih khusus lagi, dari atom oksigen yang memancarkan panjang gelombang cahaya tertentu yang belum pernah terlihat di sekitar planet lain,” kata Jean-Claude Gérard dari Université de Liège yang menjadi penulis utama studi terkait aurora borealis di Mars tersebut.

Sedangkan di atmosfer planet lain, penampakan cahaya hijau ini belum pernah terjadi.

Baca Juga: Penyelamatan Penculikan Dramatis Keluarga Terkaya Ketujuh di Tiongkok, Berhasil Lolos Berkat Anaknya

Sehingga, penemuan cahaya hijau ini diabadikan dalam publikasi jurnal Nature Astronomy dengan judul 'Detection of green line emission in the dayside atmosphere of Mars from NOMAD-TGO observations'

Adapun cahaya hijau yang terdeteksi untuk pertama kalinya di Mars ditemukan berkat bantuan ExoMars Trace Gas Orbiter (TGO) yang telah mengorbit planet merah sejak Oktober 2016. Lebih tepatnya, emisi itu ditemukan dengan menggunakan mode pengamatan khusus TGO.

"Namun, emisi ini telah diprediksi ada di Mars selama sekitar 40 tahun dan terima kasih kepada TGO, kami telah menemukannya," tambahnya.

Baca Juga: Pastikan Kelancaran Pelayanan Lapak Asik Offline, BPJAMSOSTEK Tinjau Kantor Cabang Cirebon

Salah satu rangkaian instrumen pengorbit canggih yang dikenal sebagai NOMAD (Nadir dan Occultation for Mars Discovery) dan ultraviolet and visible spectrometer (UVIS).

Instrumen ini dapat mengamati dalam berbagai konfigurasi, termasuk menempatkan instrumen ke bawah permukaan Mars yang disebut sebagai saluran 'nadir'.

Selama rentang waktu 24 April hingga 1 Desember 2019, para peneliti itu menggunakan NOMAD-UVIS untuk memindai ketinggian mulai dari 20-400 kilometer dari permukaan Mars dua kali per orbit. Pada akhirnya, saat menganalisis kumpulan data ini, mereka berhasil menemukan emisi oksigen hijau di semuanya.

Baca Juga: Aksi Vandalisme Mengatasnamakan XTC Masih Kotori Pos Polisi di Cirebon

"Emisinya terkuat di ketinggian sekitar 80 kilometer dan bervariasi tergantung pada jarak yang berubah antara Mars dan Matahari," kata Ann Carine Vandaele dari Institut Royal d'Aéronomie Spatiale de Belgique yang merupakan Kepala Investigator NOMAD.

Seolah tak puas, Jean-Claude memutuskan membandingkan cahaya hijau di Mars dengan di Bumi untuk mengetahui proses terbentuknya cahaya hijau di Mars.

"Kami memodelkan emisi ini dan menemukan bahwa sebagian besar diproduksi sebagai karbon dioksida atau CO 2, dipecah menjadi bagian-bagian penyusunnya: karbon monoksida dan oksigen. Kami melihat atom oksigen yang dihasilkan bersinar dalam cahaya tampak dan ultraviolet," kata Jean-Claude.

Baca Juga: Klaster Pasar Xinfadi Dikabarkan Lebih Menular, Ahli Virologi: Tambah Sulit Kembangkan Vaksin

Perbandingan secara bersamaan kedua jenis emisi ini menunjukkan bahwa emisi yang terlihat di mars adalah 16,5 kali lebih kuat daripada ultraviolet di Bumi.

"Pengamatan di Mars sama dengan model teoritis sebelumnya tetapi tidak dengan cahaya sebenarnya yang kita lihat di sekitar Bumi, di mana emisi yang terlihat jauh lebih lemah," ungkap Jean-Claude.

Dengan demikian, Jean-Claude menilai bahwa pengamatan ini sama dengan belajar tentang cara berperilaku dari atom oksigen, sekaligus menambah pemahaman fisika atom dan kuantum.

Baca Juga: Angkat Bicara Soal Kasus Bintang Emon, Ernest Prakasa: Dia Itu Anaknya Alim Banget

"Ini menunjukkan bahwa kita harus lebih banyak belajar tentang bagaimana atom oksigen berperilaku, yang sangat penting untuk pemahaman kita tentang fisika atom dan kuantum," kata dia.

Sementara itu, memahami sifat-sifat atmosfer Mars tidak hanya menarik secara ilmiah, tetapi juga merupakan kunci untuk mengoperasikan misi yang dikirim ke Planet Merah..***(Julkifli Sinuhaji)

 
Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler