Network
Oleh : Idat Mustari *)
RASA - rasanya Jauh panggang dari api, Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) XIV Jabar 2022 akan menghasilkan bibit-bibit atlet daerah yang potensial, jika penyelengaraan Porprov lebih mengedepankan prestise daerah dibanding raihan prestasi sejati.
Jika hal itu yang masih menjadi pola pikir, masih jauh dari harapan, melalui Porprov akan lahir atlit-atlit berbakat tingkat kabupaten maupun kota yang masih perlu mendapatkan pembinaan lanjutan hingga mereka menjadi atlet yang berprestasi. Tak hanya di ajang nasional saja tapi juga sampai ke kancah dunia.
Pembinaan secara instans dengan mendatangkan atlet yang sudah jadi dari provinsi lain, hanyalah merupakan jalan pintas tanpa membawa kebanggan sejati putra daerahnya dalam melakukan pembinaan.
Baca Juga: Ginting dan Jonatan Tidak Ikut dalam Australia Open 2022
Tentu untuk mendatangkan atlet yang sudah jadi tidaklah gratis. Mirisnya pola-pola seperti ini seolah dilegalkan oleh KONI Jabar melalui surat keputusannya nomor 134 tahun 2022 yang diantaranya berisi perihal keabsahan atlet yang bisa ikut berlomba pada perhelatan Porprov XIV Jabar tahun 2022.
Hal ini mengakibatkan kegaduhan seperti terjadi di cabang olahraga (Cabor) Gulat. Tujuh pegulat atlet Jawa Timur dinyatakan sah jadi atlet kota Bekasi dan dapat berkompetisi di Porprov XIV Jabar 2022, meski tanpa melewati babak kualifikasi terlebih dahulu.
Kejadian ini tak hanya terjadi di cabor gulat saja, tapi di tenis meja, ski air dan atletik.
Baca Juga: Tommy Fleetwood Menang Dramatis dari Fox di Turnamen Nedbank Golf Challenge 2022
Hampir dapat dipastikan pada pengukuhan dan pelepasan kontingen Kabupaten/Kota ke Porprov Jabar 2022 akan dipimpin oleh Bupati/Walikota yang juga disaksikan jutaan masyarakatnya.
Lantas jika ada atlet yang meraih emas tetapi bukan atlet hasil binaan sendiri yang berasal dan lahir dari daerahnya, bisakah disambut oleh Bupati/Walikota dengan penuh kebanggaan.?
Dapatkah masyarakat di kabupaten atau kota menyambut atlet peraih emas dengan sambutan gegap--gempita penuh kebanggaan. Padahal tahu kalau atlet itu bukan berasal dari daerahnya. Bahkan tahu atlet itu didatangkan dari luar alias “dibeli” ?
Jika saja hanya emas dan atau peringkat yang menjadi tujuan, namun melupakan misi utama yakni menemukan bibit-bibit atlet daerah, maka berarti ada miss dengan hakikat Porprov.
Baca Juga: Dadan Pahlawan, Putra Perintis Armada 4848 Alm Irawan Sarpingi, Kembangkan Bisnisnya ke Mancanegara
Wajar seorang kepala daerah, KONI daerah dan cabor daerah bangga ketika atletnya meraih medali emas jika sang peraih adalah atlet asli putra daerah. Bangga jika atlet peraih emas adalah hasil binaan sendiri mulai dari nol hingga sukses meraih emas. Wajar pula dengan diberi bonus sebagai motivasi dan wujud rasa syukur bahwa atlet telah mengharumkan tanah kelahirannya.
Tentu Mindset bahwa ikut Porprov yang penting emas, tak boleh dibiarkan. Jika ada kepala daerah yang berkata: ”Keberhasilan atlet kami meraih emas adalah hasil dari usaha jerih payah pembinaan yang panjang, disiplin dan kerja keras,” masih perlu dipertanyakan.
Padahal kenyataannya adalah atlet yang diperoleh dengan “membeli,” maka itu semua bukanlah prestasi yang sejati melainkan kepura-puraan. Emasnya bukan emas murni melainkan imitasi.
Baca Juga: Kejadian Langka : Lampu di Tempat Elon Musk Padam Saat Ia Bicara Virtual di Forum Resmi G20
Semoga Kegaduhan-kegaduhan seperti yang terjadi di Porprov XIV Jabar 2022, di Porprov berikutnya tidak terulang kembali dan benar-benar menggapai misi utama yakni menemukan bibit atlet putra daerah Jawa Barat sejati.
*) Pengurus KONI Kab. Bandung/Pemerhati Sosial dan Kebangsaan.
