Ma'ruf Amin Sayangkan Sikap Pamer Kebaikan di Medsos

- 26 Oktober 2020, 15:24 WIB
Wapres RI, Ma'ruf Amin menyayangkan sikap pamer masyarakat di medos
Wapres RI, Ma'ruf Amin menyayangkan sikap pamer masyarakat di medos /@kyai_marufamin/Instagram

PR CIREBON - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan saat ini masih banyak orang terjebak dalam mental pencitraan dengan mempublikasikan perbuatan amalnya melalui berbagai media sosial.

Dengan mengutamakan publikasi tersebut, orang justru mengesampingkan niat untuk berbuat baik itu sendiri, kata Ma’ruf Amin dalam sambutannya pada acara Haul ke-39 KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar atau dikenal dengan Mbah Hamid Pasuruan secara virtual dari Jakarta, Senin. 26 Oktober 2020. dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari ANTARA news.

Mbah Hamid, kata Ma'ruf, sangat diteladani oleh masyarakat di Tanah Air, khususnya di Pulau Jawa. Mbah Hamid disebut mempunyai pengaruh kuat dalam mendakwahkan Islam dengan wajah santun, lembut, dan rahmatan lil alamin.

Baca Juga: TWICE Tampil Dewasa dalam Album 'Eyes Wide Open', Mina: Bernyanyi Tentang Perasaan Insecure

“Saat ini banyak orang terjebak pada mentalitas syuhrah, yaitu mentalitas pencitraan diri agar dikenal luas. Amal kebaikan yang dilakukan diorientasikan agar di-cover media secara luas. Motivasinya hanya untuk membentuk citra diri, bukan berbuat kebajikan itu sendiri,” katanya.

Banyaknya media publikasi di era digital saat ini, lanjut Ma’ruf, justru digunakan oleh sebagian orang sebagai alat ukur terhadap kebaikan orang lain. Padahal, tidak semua hal yang dipublikasikan tersebut memiliki dampak positif, tegasnya.

“Publisitas di era digital ini seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang. Padahal belum tentu apa yang di-publish tersebut mempunyai dampak positif yang lebih besar daripada yang tidak di-publish,” katanya.

Baca Juga: Harga Cukai Bakal Naik, Beratkan Pengusaha Rokok di Indonesia, Pengusaha Minta Bantuan DPD RI

Oleh karena itu, Ma’ruf berharap umat Islam lebih menekuni sikap Mbah Hamid yang menerapkan ajaran khumul, dengan mengutamakan pada kegiatan kebaikan dan menutupi kebaikan tersebut supaya tidak diketahui orang lain.

“Saya sangat mengagumi Mbah Hamid yang dalam kehidupan kesehariannya sangat tawadhu, sederhana dan menjauh dari publisitas. Hal seperti itu dalam tradisi ilmu tasawuf dikenal dengan khumul, yaitu fokus pada aktifitas kebaikan dengan membungkus dan menutupinya agar tidak diketahui orang lain,” jelasnya.

Perkembangan teknologi digital harus dapat dimanfaatkan dengan benar untuk tujuan kebaikan. Alih-alih untuk memamerkan kebaikan, media sosial seharusnya digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam dengan baik, kata Ma’ruf.

Baca Juga: Heboh di Twitter, Angga Dwimas Sasongko Akan Penjarakan Pembajak Film 'Story of Kale'

Salah satu cara memanfaatkan teknologi digital untuk kemaslahatan umat Islam ialah melalui penyebaran dakwah.

Ma'ruf berujar, apa yang sudah dijalankan Mbah Hamid merupakan contoh dan teladan yang sangat baik dalam mendakwahkan agama Islam dengan cara hikmah.

Model dakwah yang digunakan oleh Mbah Hamid ini serupa dengan model dakwah yang digunakan para ulama dan para wali terdahulu dalam mengenalkan dan mengajarkan Islam di bumi nusantara.

Baca Juga: Mentan dan Menlu AS Lakukan Pertemuan 2+2 dengan India, Sebelum Akhirnya ke Indonesia

“Meskipun begitu dakwah melalui media digital sesungguhnya juga diperlukan pada era saat ini karena dakwah melalui digital jangkauannya lebih luas dan dapat dilakukan kapan dan dimana saja,” ujarnya.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x