Charles Meikyansah Minta Pemerintah Cermat Mitigasi Pelemahan Rupiah

- 27 Juni 2024, 11:00 WIB
Ilustrasi kurs nilai tukar rupiah ke dolar hari ini, Senin 22 April 2024.
Ilustrasi kurs nilai tukar rupiah ke dolar hari ini, Senin 22 April 2024. /Pixabay/Robert Lens/

SABACIREBON – Anggota Komisi XI DPR RI Charles Meikyansah mengungkapkan keprihatinannya terkait melemahnya nilai tukar rupiah yang signifikan. Ia meminta pemerintah melakukan mitigasi dengan cermat agar dampak negatif terhadap ekonomi nasional dapat diminimalisir. Dalam rilis yang disampaikan kepada Parlementaria, Charles menegaskan bahwa kebijakan harus berdasarkan bukti yang kuat.

"Langkah pertama yang harus segera diambil adalah melakukan mitigasi dengan cermat. Setiap kebijakan harus didasarkan pada bukti-bukti," ujar Charles di Jakarta, Selasa (26/6/2024).

Charles menekankan pentingnya peran Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Menurutnya, BI tidak boleh tinggal diam dan harus aktif melakukan intervensi untuk mencegah fluktuasi yang berlebihan.

"Pemerintah harus berhati-hati sebab kesalahan langkah bisa berdampak luas pada perekonomian nasional. Pendekatan harus dilakukan dari sisi fiskal dan moneter untuk antisipasi sekaligus perbaikan," jelas Charles.

Politisi Fraksi Partai NasDem ini juga menyarankan agar BI mempertimbangkan kebijakan intervensi di pasar non-deliverable forward (NDF), pasar spot, dan pasar surat berharga negara (SBN) sebagai langkah teknis. Penyesuaian suku bunga acuan juga dianggap perlu untuk menjaga nilai tukar rupiah.

"Kita harus mengandalkan cadangan devisa yang saat ini dimiliki untuk bisa menstabilkan kondisi yang ada," tambah Charles.

Charles menjelaskan bahwa salah satu penyebab pelemahan rupiah adalah sentimen global dan kuatnya perekonomian Amerika Serikat. Pelaku pasar masih enggan menurunkan suku bunga acuan karena faktor-faktor eksternal seperti konflik di Timur Tengah.

"Dalam negeri, pelemahan current account, terutama di perdagangan barang yang surplusnya mengecil pasca pandemi Covid-19, menjadi salah satu sinyal makroekonomi yang kurang baik," ungkapnya.

Isu domestik lainnya seperti dugaan rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menaikkan rasio utang hingga 50 persen dari PDB juga turut mempengaruhi sentimen pasar. Hal ini, menurut Charles, menambah tekanan terhadap rupiah.

Halaman:

Editor: Buddy Nugraha

Sumber: dpr.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah