Mengenal Sosok Pierre Tendean, Ajudan Tampan yang Gugur karena PKI dan Jadi Pahlawan Revolusi

- 30 September 2020, 15:16 WIB
Pierre Tendean
Pierre Tendean /

Setelah misi intelijen dalam Operasi Dwikora ganyang Malaysia, Tendean mendapat penugasan baru, sekaligus yang terakhir dalam hidupnya. Pada April 1965, Tendean dipercaya menjadi ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution. Pangkatnya naik menjadi letnan satu dan tergolong ajudan termuda. Dari garis ibunya, Tendean masih berkerabat dengan Johana Sunarti Gondokusumo, istri Nasution.

Dalam pekerjaan sehari-hari mengawal Nasution, Tendean kerap jadi pusat perhatian karena ketampanannya. Apabila Nasution diundang sebagai pembicara dalam seminar atau konferensi, sosok Tendean selalu menjadi sorotan dari kaum hawa. Dari sinilah kemudian terkenal istilah, “Telinga kami untuk Pak Nas, tetapi mata kami untuk ajudannya.”

Baca Juga: Gaung PKI Usik Putra Mendiang DN Aidit, Ilham: KAMI, Jika Mau Maju Pilpres 2024, Jangan Jualan Isu

Malam 1 Oktober 1965 menjadi hari pengabdian terakhir Tendean bagi keluarga Nasution, di mana ia menjadi korban saat pasukan Tjakrabirawa hendak meringkus Nasution. Saat itu, Tendean keluar dari paviliumnya untuk mengatasi kegaduhan dari pasukan-pasukan yang menyatroni kediaman Nasution.

Pasukan yang hendak menangkap Nasution, menyangkan Tendean sebagai Nasution hingga membawanya ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Ia menjadi salah satu korban pembunuhan G30S PKI pada 30 September 1965 bersama enam perwira tingga lainnya, lalu mereka yang gugur dijuluki sebagai Pahlawan Revolusi.***

 

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x