Peristiwa Langka : Awan Topi (Lenticularis) Terbentuk dan Terlihat di Natuna

- 8 Mei 2023, 12:55 WIB
Fenomena awan Lenticularis di langit Ranai, Kabupaten Natuna, Kepri, Minggu 7 Mei 2023
Fenomena awan Lenticularis di langit Ranai, Kabupaten Natuna, Kepri, Minggu 7 Mei 2023 /

SABACIREBON - Peristiwa langka di atas langit, terjadi di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Minggu 7 Mei 2023, berupa bentukan awan yang aneh yang sangat langka, berupa awan berbentuk pusaran.

Awan berbentuk pusaran itu dapat diamati dengan jelas dari pemukiman warga di Ranai, sehingga banyak di antara mereka yang mengabadikan momen langka tersebut

"Fenomena awan langka terjadi sekitar pukul 15.00 Wib, sampai malam hari. Tapi, pagi ini sudah tak ada lagi," kata Kepala Bidang Kedaruratan Dan Logistik BPBD Natuna, Zulheppy

Baca Juga: Info Elektronik Jadul : Dhins Audio Miliki 30.000 Kaset, 2.000 Piringan Hitam dan Barang Elektronik lainnya

"Foto dan video awan ini sempat viral di media sosial. Apalagi baru pertama kali terjadi di Natuna," ucap Zulheppy.

Sementara, Forcester BMKG Ranai, Reza Pahlevi, menyampaikan fenomena yang terjadi di langit daerah itu cukup langka. "Awan ini adalah awan Lenticularis (Lenticular clouds) atau biasa disebut awan topi," katanya.

Menurutnya awan ini biasanya terbentuk oleh gelombang gunung yang dipicu oleh aliran angin cukup kencang yang berembus dari suatu sisi gunung.

Baca Juga: Panorama Lemahputih: Perpaduan Wisata Alam dan Buatan yang Memukau

 Kemudan angin bergerak horizontal tersebut melewati dinding pegunungan, hingga menyebabkan defleksi yang membentuk gelombang gunung terjadi di sisi gunung lainnya.

"Awan Lenticularis menunjukkan turbulensi vertikal atau angin yang kuat. Jadi berbahaya untuk penerbangan rendah di sekitar awan," ungkapnya.

Ia menyampaikan awan Lenticularis mulai terbentuk ketika arus angin yang mengalir sejajar dengan permukaan bumi menemui hambatan dari objek tertentu, seperti pegunungan. Akibat hambatan tersebut, arus udara naik tegak lurus ke puncak awan.

Baca Juga: Alhamdulillah, Indonesia Mendapatkan Tambahan Kuota Haji Sebanyak 8.000

Dia menjelaskan saat udara naik banyak mengandung uap air dan stabil. Saat suhu titik embun tercapai di puncak gunung, uap air mulai mengembun menjadi awan yang mengikuti kontur puncak gunung. Saat udara mengalir turun dari puncak gunung, proses kondensasi berhenti.

"Oleh karena itu, awan Lenticularis tampak tidak bergerak, karena awan mulai terbentuk dari sisi arah angin ke puncak gunung, dan kemudian menghilang ke sisi bawah angin," ucapnya. ***

 

Editor: Uyun Achadiat

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x