Sepenggal Perjalanan Umrah di Bulan Ramadhan. Seperti Berhaji Bersama Baginda

- 25 April 2022, 06:07 WIB
Ilustrasi umroh. /Pexels/Haydan As-soendawy/pikiran-rakyat.com
Ilustrasi umroh. /Pexels/Haydan As-soendawy/pikiran-rakyat.com /

Setiap selesai satu putaran umrah, kami menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang serta mengagungkan namanya, “Bismillahi Allahu Akbar!” Lantai Masjidil Haram yang dingin menyejukkan hati kami. Kaki-kaki berjejalan dengan warna yang berbeda-beda, semua bergerak, menyemut melakukan tawaf. Memang lebih berat berumrah di bulan Ramadhan ini, saat sedang berpuasa, apalagi dengan situasi sepadat ini. Karena pengorbanannya yang lebih besar, wajar jika Nabi Muhammad mengatakan bahwa pahala umrah di bulan Ramadhan setara dengan berhaji. Bahkan berhaji bersama baginda Nabi.

Tangis dan Doa Seorang Hamba

Di sela-sela tawaf dan sa’i, saya mendengar isak tangis penuh haru. Tangis yang menular, membuat suara saya bergetar saat membacakan talbiyah atau doa tawaf dan sa’i. Saya melihat Pak Zul tak kuasa menahan air mata saat bertawaf, bahkan hingga menutupi mulutnya dengan punggung yang berguncang. Doa dan harapan apapun yang diucapkan dalam hatinya, saya yakin itu doa yang baik. Demikian juga Bu Zul dan Pak Lukman. Ada momen yang membuat kami semua tak kuasa menahan air mata saat melantunkan doa-doa.

Dalam hati, selain mendoakan keluarga dan orang-orang terdekat, diam-diam saya mendokan juga Pak Zul, Bu Zul, dan Pak Lukman. Saya bersaksi mereka orang-orang baik yang terpaut hatinya kepada Allah dan Rasulullah. Di depan multazam, pintu Ka’bah tempat Rasulullah meminta, setelah shalat sunnah dua rakaat, kami semua berdoa, menengadahkan tangan. Curhat tentang banyak hal kepada Allah. Menyandarkan segala harapan. Menyebut nama orang-orang yang kami cintai. Konon segala doa yang dilafalkan di tempat ini akan dikabulkan, dibawa langsung oleh para malaikat menembus langit.

Baca Juga: Demi Pemudik, Area Parkir Goa Sunyaragi Disulap Jadi Rest Area

Dalam waktu kurang lebih dua jam, seluruh rangkaian umrah pun selesai kami laksanakan. Ditutup dengan tahalul, ritual memotong sedikit ujung rambut, tanda berakhirnya ‘ihram’ atau larangan-larangan. Suasana haru, lega, bahagia, semua bercampur jadi satu. Tak terbayang sebelumnya tahun ini saya bisa berumrah. Betapa istimewa kesempatan dan rezeki yang datang tiba-tiba ini.

Berapa di antara kita yang ingin pergi ke tanah suci, berumrah atau berhaji? Berapa di antara kita yang bermimpi melakukannya di bulan Ramadhan, yang konon keutamaannya seperti berhaji bersama Baginda Nabi? Saya berdoa semoga undangan yang sama juga segera menghampiri teman-teman pembaca semua. Saya pun berdoa, semoga kelak bisa mengulangi lagi semua ini bersama istri dan anak-anak.

Ada banyak doa yang perlu dicurahkan. Termasuk doa-doa untuk Indonesia.

Salam dari Makkah. Sebentar lagi waktu berbuka.***

 

Halaman:

Editor: Otang Fharyana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah