Mengenang Wimar Witoelar, Dirinya Sempat Jelaskan Tentang Politik Identitas bagi Indonesia

- 19 Mei 2021, 14:30 WIB
Mantan Jubir Gus Dur Wimar Witoelar meninggal dunia hari ini Rabu 10 Mei 2021.
Mantan Jubir Gus Dur Wimar Witoelar meninggal dunia hari ini Rabu 10 Mei 2021. /Antara Foto/Hafidz Mubarak/

PR CIREBON - Wimar Witoelar dikenal publik sebagai tokoh yang humoris dan cerdas.

Kabar meninggalnya Wimar Witoelar, membuat publik kehilangan sosoknya.

Wimar Witoelar telah berpulang pada Rabu, 19 Mei 2021, pagi ini.

Baca Juga: Gedung Pencakar Langit Setinggi 300 Meter di Tiongkok Bergetar, Sebabkan Kepanikan di Pusat Kota Shenzhen

Untuk mengenang sosok Wimar Witoelar, PikiranRakyat-Cirebon.com rangkumkan penjelasannya terkait politik identitas dari Kanal Youtube Perspektif Wimar TV, edisi 22 Juni 2017 silam.

"Saya mau bicara soal politik identitas," kata Wimar Witoelar berbicara pada satu layar kamera di depannya dengan senyumnya yang khas.

Wimar Witoelar mengatakan bahwa politik pada umumnya adalah cara setiap orang untuk mengatur diri dan kehidupan masyarakatnya untuk mengambil keputusan.

Baca Juga: Final! Spoiler Drakor Mouse Episode 20: Ketegangan Memuncak, Go Moo Chi Akhirnya Tahu Siapa Jung Ba Reum?

Ia menjelaskan bahwa pengambilan keputusan itu, dapat didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sosial, geografi, serta sejarah.

"Tapi juga keputusan tersebut berdasarkan identitas," katanya.

"Misalnya apa ini Islam, ataupun dari Suku Batak, singkatnya bisa mengenai identitas orangnya," ujar Wimar Witoelar.

Baca Juga: Aurel Hermansyah Keguguran, Ashanty: Kuatkan Hati, Semoga Kalian Ikhlas

Kemudian, dirinya menyinggung bahwa dunia modern saat ini, banyak negara di dunia berlandaskan bhineka atau berisi berbagai macam identitas.

Wimar Witoelar mencontohkan negara India yang mayoritas beragama Hindu, namun terdapat pula masyarakatnya yang beragama Islam dan Katolik.

Namun, dirinya mengatakan terdapat pula negara yang homogen, atau terdapat satu dalam identitasnya.

Baca Juga: Minta Tragedi Kemanusiaan di Palestina Tidak Dipolitisasi, Rudianto Tjen: Jangan Sampai Jadi Perang Saudara

"Misalnya di Arab Saudi, selain banyak orang Arabnya, namun memiliki aturan Islam, sama halnya dengan Korea Utara yang memiliki paham komunis di negaranya," kata mantan juru bicara Gus Dur tersebut.

Jadi, dirinya menyimpulkan bahwa politik di Indonesia yang bhineka tunggal ika, dapat menerapkan politik yang tidak membeda-bedakan identitas warga negaranya.

"Plural berarti bermacam-macam, artinya dalam menjalani politik tidak boleh membeda-bedakan identitas warga negaranya," ujar Wimar Witoelar.

Baca Juga: SIKM Tidak Berlaku, Berikut Ini Dokumen yang Harus Disiapkan untuk Memasuki Jakarta

Wimar Witoelar mengatakan bahwa sejak dahulu, sudah muncul perdebatan apakah negara Indonesia menerapkan paham pluralisme atau homogen yang mengikuti identitas agama mayoritas.

"Dalam Undang-Undang Dasar Negara kita ini, mengatakan bahwa Indonesia adalah negara plural," tegas Wimar Witoelar.

Namun, Wimar Witoelar menyayangkan beberapa isu yang berkembang, bahwa terdapat beberapa orang yang ingin memaksakan negara Indonesia memiliki satu identitas.

Baca Juga: Al, El, dan Dul dapat THR dari Irwan Mussry, Maia Estianty: Kok Tebal

"Kalau begitu, nanti negaranya terpecah-pecah, jadi politik identitas tidak cocok untuk negara Indonesia, oke," katanya.***

Editor: Dini Novianti Rahayu

Sumber: Youtube Perspektif Wimar TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah