"Tapi juga keputusan tersebut berdasarkan identitas," katanya.
"Misalnya apa ini Islam, ataupun dari Suku Batak, singkatnya bisa mengenai identitas orangnya," ujar Wimar Witoelar.
Baca Juga: Aurel Hermansyah Keguguran, Ashanty: Kuatkan Hati, Semoga Kalian Ikhlas
Kemudian, dirinya menyinggung bahwa dunia modern saat ini, banyak negara di dunia berlandaskan bhineka atau berisi berbagai macam identitas.
Wimar Witoelar mencontohkan negara India yang mayoritas beragama Hindu, namun terdapat pula masyarakatnya yang beragama Islam dan Katolik.
Namun, dirinya mengatakan terdapat pula negara yang homogen, atau terdapat satu dalam identitasnya.
"Misalnya di Arab Saudi, selain banyak orang Arabnya, namun memiliki aturan Islam, sama halnya dengan Korea Utara yang memiliki paham komunis di negaranya," kata mantan juru bicara Gus Dur tersebut.
Jadi, dirinya menyimpulkan bahwa politik di Indonesia yang bhineka tunggal ika, dapat menerapkan politik yang tidak membeda-bedakan identitas warga negaranya.
"Plural berarti bermacam-macam, artinya dalam menjalani politik tidak boleh membeda-bedakan identitas warga negaranya," ujar Wimar Witoelar.