PR CIREBON – Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, menyampaikan saran terkait hasil survei yang menyatakan sebagian warga masih takut untuk disuntik vaksin Covid-19.
Saran terkait vaksin Covid-19 itu disampaikan Ferdinand Hutahaean melalui keterangan tertulis di akun Twitter pribadinya @FerdinandHaean3 pada Senin, 22 Februari 2021.
Menurut hasil survei itu, kata Ferdinand Hutahaean, alasan warga masih takut divaksin Covid-19 adalah hoaks yang banyak beredar.
“Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik ini menunjukkan bahwa masyarakat sempat ragu akibat banyaknya hoaks yang beredar tentang vaksin,” katanya.
Karena itu, Ferdinand Hutahaean menyarankan agar pemerintah melakukan sosialisasi lebih giat lagi kepada warga terkait vaksin Covid-19.
Menurutnya, komunikasi itu bisa melalui ceramah-ceramah dari pemuka agama atau figur yang terkenal.
“Sekarang saatnya komunikasi lebih ditingkatkan untuk sosialisasi melalui ceramah-ceramah ibadah dan tokoh-tokoh untuk suksesnya vaksinasi,” ujarnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com.
Baca Juga: Bencana Banjir di Tanah Air Belum Surut, Kini Titik Panas Indikasi Karhutla Mengancam Hutan Riau
Diketahui, Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia telah merilis hasil survei bertajuk ‘Siapa Enggan Divaksin? Tantangan dan Problem Vaksinasi Covid-19 di Indonesia’ pada 21 Februari 2021.
Survei itu dilakukan terhadap 1.200 responden acak dari seluruh Indonesia.
Namun, sangat banyak warga yang kemudian tidak lantas bersedia terima vaksin.
Dalam temuan pada survei itu menjelaskan bahwa sangat banyak warga yang tidak bersedia divaksin (41 persen).
Baca Juga: Revisi UU ITE di Depan Mata, Dua Tim Bentukan Kemenko Polhukam Mulai Bekerja Hari ini
Alasan warga tak mau divaksin utamanya karena efek samping vaksin yang belum dipastikan (54.2 persen).
Kemudian alasan lainnya yakni karena mempertanyakan efektivitas vaksin (27 persen), merasa sehat atau tidak membutuhkan (23.8 persen), dan keberatan jika harus membayar (17.3 persen).
Pada kelompok yang bersedia divaksin (54.9 persen), mayoritas tidak bersedia jika harus membayar (70 persen), sekitar 23.7 persen bersedia divaksin meski harus membayar.
Secara total, sekitar 38.4 persen tidak bersedia diberi vaksin jika harus membayar/membeli, dan hanya sekitar 13 persen yang bersedia diberi vaksin meski harus membayar/membeli.***