Kasus Covid-19 Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara, Netty Prasetiyani: Penanganan Masih Berantakan

- 28 Januari 2021, 05:45 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS, Netty Prasetiyani mengomentari perihal kasus Covid-19 Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.*
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS, Netty Prasetiyani mengomentari perihal kasus Covid-19 Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.* /Fraksi PKS

Selain itu, Netty juga menyebut adanya dugaan moral hazard dalam pengelolaan anggaran pandemi triliunan rupiah yang seolah jadi bancakan untuk memperkaya diri dan kelompok, seperti dalam distribusi bansos, Kartu Prakerja, dan BPJS Ketenagakerjaan.

“Jadi kalau pemerintah menyebut telah mengendalikan krisis pandemi dan ekonomi dengan baik, menurut saya, ini asumsi-asumsi yang patut dipertanyakan kebenarannya,” ucapnya.

Baca Juga: Dukung Program Ketahanan Pangan dan Air Nasional, Kementerian PUPR Bangun Bendungan Margatiga di Lampung

“Di mana letak keberhasilannya? Apa ukuran dan indikatornya? Sementara kasus Covid-19 di Indonesia kembali pecah rekor dan menjadi yang tertinggi di seluruh Asia Tenggara,” tambah Ketua Tim Covid-19 FPKS DPR RI ini.

“Angka positivity rate Covid-19 Indonesia mencapai persentase 33,24 persen, yang artinya lebih dari enam kali lipat dari angka 5 persen ambang batas minimal positivity rate yang ditetapkan oleh standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)” ucap Netty.

Dari sisi ekonomi, lanjut Netty, Indonesia sudah masuk jurang resesi pada kuartal III-2020. Realisasi laju perekonomian minus 3,49 persen, dimana sebelumnya sempat terperosok ke angka 5,32 persen.

Baca Juga: Jumlah Covid-19 Tembus 1 Juta Jiwa, Menkes Budi Gunadi Ajak Semua Pihak untuk Komitmen Putus Rantai Virus

“Jadi tolong dijelaskan, atas dalih apa jika pemerintah klaim telah terjadi keberhasilan pemulihan ekonomi?” tanya sang Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI.

Terakhir, Netty mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 ini adalah masalah serius yang penerapan kebijakannya harus tegas, konsisten dan tidak tebang pilih.

“Masuknya WN Tiongkok di tengah kebijakan penutupan akses oleh pemerintah hingga 8 Februari tentu membuat kita kaget dan tidak habis pikir. Apapun alasan pengecualiannya, kejadian tersebut berpotensi menjadi preseden buruk pemerintah di mata publik,” tuturnya.

Halaman:

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Fraksi PKS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah