Penyebab Banjir di Kalimantan Selatan, Ini Analisanya yang dilakukan oleh LAPAN

- 17 Januari 2021, 19:40 WIB
Penyebab Banjir di Kalimantan Barat, Ini Analisanya yang dilakukan oleh LAPAN.*
Penyebab Banjir di Kalimantan Barat, Ini Analisanya yang dilakukan oleh LAPAN.* /BNPB/

PR CIREBON - Tim tanggap darurat bencana dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah melakukan analisis penyebab banjir yang terjadi pada tanggal 12 hingga 13 Januari 2021.

Banjir tersebut telah mengakibatkan terendamnya ribuan rumah di Provinsi Kalimantan Selatan.

Selain itu juga banjir di Kalimantan Selatan juga telah membuat ribuan orang mengungsi dan menimbulkan korban jiwa.

Baca Juga: Studi Temukan Tingkat Bunuh Diri di Jepang Melonjak Seiring Gelombang Kedua Pandemi Covid-19

Lebih lanjut, LAPAN melaporkan hasil analisis mereka yang menampilkan curah hujan dengan data satelit Himawari-8.

Hasilnya menunjukkan bahwa liputan awan penghasil hujan terjadi sejak tanggal 12 hingga 13 Januari 2021, dan masih berlangsung hingga tanggal 15 Januari 2021.

Menurut LAPAN, curah hujan yang tinggi tersebut menjadi penyebab dari banjir yang melanda Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 13 Januari 2021.

Baca Juga: 10.000 Orang Anti-Masker Demo di Austria, Tuntut Pemerintah Cabut Lockdown

Analisa LAPAN juga melaporkan luas genangan banjir yang terjadi dengan menggunakan data satelit Sentitel 1A tanggal 12 Juli 2020 (sebelum terjadinya banjir) dan tanggal 13 Januari 2021 (ketika atau setelah terjadi banjir).

Hasil dari perhitungan yang dilakukan LAPAN yaitu luas genangan tertinggi terjadi di Kabupaten Barito Kuala dengan luas sekitar 60 ribu hektar, Kabupaten Banjar sekitar 40 ribu hektar

Kabupaten Tanah Laut sekitar 29 ribu hektar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah sekitar 12 ribu hektar, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sekitar 11 ribu hektar

Baca Juga: Siarkan Kerusuhan di Capitol, Tokoh Media Online Sayap Kanan AS Ditangkap

Kabupaten Tapin sekitar 11 ribu hektar, dan Kabupaten Tabalong sekitar 10 ribu hektar.

Sementara untuk daerah lainnya seperti Kabupaten Balangan, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Murung Raya antara 8 hingga 10 ribu hektar.

LAPAN juga tak hanya menganalisa cuaca dan daerah terdampak.

Baca Juga: Cegah Terorisme, Presiden Jokowi Terbitkan Perpres Tanggulangi Ekstrimisme Berbasis Kekerasan

Pengubahan penutup lahan di DAS Barito sebagai respon terhadap bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan juga dianalisis oleh LAPAN.

Analisis dilakukan menggunakan data mosaik Landsat untuk mendeteksi penutup lahan tahun 2010 dan 2020.

Pengolahan dari data tersebut dilakukan secara digital, dengan menggunakan metode random forest.

Baca Juga: 13 Orang Israel Dilaporkan menderita Kelumpuhan Wajah setelah Menerima Suntikan Vaksin Pfizer

Metode tersebut lebih cepat dalam menganalisis pengubahan penutup lahan yang terjadi.

Hasilnya, dalam kurun waktu 10 tahun ada penurunan luas hutan primer, luas hutan sekunder, sawah, dan semak belukar yaitu masing-masing menurun sebesar 13 ribu hektar, 116 ribu hektar, 146 ribu hektar, dan 47 ribu hektar.

Selain itu juga terjadi hal yang sebaliknya, perluasan area perkebunan terjadi secara signifikan sebesar 219 ribu hektar.

Baca Juga: Pemerintah Rilis 17 Kelompok Masyarakat yang Tidak Bisa Diberikan Vaksin Sinovac, Berikut Datanya

Pengubahan penutup lahan dalam 10 tahun ini dapat memberikan gambaran dari kemungkinan banjir yang terjadi di DAS Barito.

Halaman:

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x