Luhut Paparkan Penyebab Bengkaknya Subsidi BBM

12 September 2022, 10:23 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan penyebab bengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dialokasikan kepada masyarakat./pikiran-rakyat.com /

SABACIREBON-Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat menjadi penyebab bengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dialokasikan kepada masyarakat.

"Selama satu dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat mengalami kenaikan cukup pesat," ujar Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Mengemukakan pandangannya lewat akun Instagram pribadinya, Minggu 11 September 2022 Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan penyebab bengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dialokasikan kepada masyarakat pada saat ini.

Baca Juga: Polisi Tembak Polisi : Bripka RR Merubah Keterangan, Jadi Melawan Skenario Ferdy Sambo

Menurut Luhut selama 1 dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat mengalami kenaikan yang cukup pesat.

Hal ini tentunya berpengaruh pada kenaikan jumlah penggunaan kendaraan bermotor, yang berimplikasi kepada kenaikan konsumsi dan  subsidi BBM.

"Saya menemukan data yang dihitung oleh Industri Kendaraan Bermotor bahwa secara rata-rata konsumsi BBM untuk satu unit mobil mencapai 1.500 liter per tahun dan 305 liter per tahun untuk motor," tegasnya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Bodebek Hari Ini Senin 12 September 2022

Akumulasi konsumsi BBM tentu sangat menyedot suplai BBM bersubsidi.

Sehingga menurut Luhut lagi, "Dapat kita bayangkan ketika dua jenis kendaraan ini kebanyakan menggunakan BBM bersubsidi, maka sudah pasti yang terjadi adalah membengkaknya subsidi BBM," ujar Luhut.

Dengan alasan  tersebut, pemerintah menyiapkan sejumlah strategi demi meredam kenaikan anggaran subsidi BBM. Salah satunya lewat percepatan adopsi penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.

Luhut melihat tujuan besar selain untuk mengurangi ketergantungan pemakaian BBM bersubsidi, juga untuk mengurangi emisi CO2 yang ditargetkan dapat turun sebesar 40 juta ton pada 2030 mendatang.

Baca Juga: Javier Roca Bakal Benahi Mental dan Fisik Skuad Singo Edan Usai Dikalahkan Persib

Dari situ, Luhut mengatakan bahwa anggaran subsidi BBM pada akhirnya bisa dialihkan ke sektor-sektor yang lebih bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Kendati demikian, Luhut menuturkan bahwa upaya tersebut memiliki beragam tantangan, mulai dari masalah perbedaan harga, regulasi hingga ketersediaan pilihan kendaraan.

Untuk itu, pemerintah saat ini sedang merumuskan berbagai kebijakan mengenai pemberian insentif bagi kendaaran EV roda dua dan roda empat.

"Skema insentif yang akan diberikan masih dihitung bersama agar kita dapat menemukan rumusan yang terbaik demi mendorong pertumbuhan pangsa pasar yang besar bagi percepatan adopsi kendaraan listrik di Tanah Air," jelasnya.

Baca Juga: Luis Milla Nilai Kontribusi Beckham Ciptakan Kemenangan Persib

Selain itu, Luhut juga meminta tim teknis yang terdiri atas lintas kementerian/lembaga agar menerapkan kebijakan yang setara atau lebih baik dari negara lain, yang sudah lebih dahulu menerapkan kebijakan pembatasan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil demi mendorong percepatan adaptasi penggunaan EV sehingga kebijakan tersebut bisa cepat diadopsi di Indonesia.

"Tak lupa saya ingatkan agar aturan yang dibuat nanti harus relevan pelaksanaannya karena program percepatan EV ini adalah komitmen bangsa untuk mengurangi subsidi dan juga tentunya menurunkan emisi karbon lewat transisi energi yang ramah lingkungan," ungkapnya.***


Editor: Aria Zetra

Sumber: Instagram

Tags

Terkini

Terpopuler