Kapolri Marah!

21 Agustus 2022, 06:50 WIB
Kapolri Kembali Unjuk Gigi Usai Ferdy Sambo dan Sang Istri Jadi Tersangka, Judi Online Siap-siap Dihabisi./ Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO /

Oleh: Imam Wahyudi *)

JUDUL itu, bisa bersesuaian peristiwa. Kapolri marah! Bahkan bareng rasa jengkel pula. Sorot mata tampak berbinar. Dia "seperti" tak percaya akan tragedi yang justru terjadi di institusi Polri. Dan dia harus berbicara gamblang. Dia pimpinan tertinggi Polri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Runtun tutur kata. Terasa tetap bersahaja. Tak meledak-ledak laiknya pimpinan yang tengah dikhianati. Raut wajahnya menyiratkan kejengkelan yang ingin diledakkan. Tapi tak dilakukan, meski di forum internalnya. Berat nada suara, tak mengurangi wibawa. Tegas, lugas, jelas dan tangkas. Suasana itu berlangsung dalam arahan Kapolri kepada seluruh jajarannya. Meliputi tingkat Mabes Polri hingga seluruh Polda. Dilakukan secara daring dengan durasi tayangan 5,55 menit.

Apa pun, hakikatnya Kapolri marah. Ya, sepantasnya marah. Dia menyandang kepercayaan negara dan bangsa terhadap eksistensi dan reputasi Polri. Marah, lantaran tragedi yang tidak seharusnya terjadi. Polisinya polisi, justru pelaku tragedi. Bertajuk Peristiwa Duren Tiga. Faktual, pembunuhan berencana. Sederet fakta peristiwa yang tak perlu diulas lagi. Sudah jadi perbincangan publik. Santer obrolan warung kopi.

Baca Juga: Sebanyak 3500 Bus TransJakarta Dipercepat Menggunakan Mesin Listrik

Gerak sigap Kapolri lewat timsus, tampak sudah cukup mewakili tuntutan publik. Mereka pun terlebih dulu dibuat marah. Anak bawang jadi korban kebengisan sang jenderal. Mengalir deras pendapat kritis. Ketum PP Muhammadiyah, Haidar Nashir memaknai sebagai sinyal bahaya. Adanya polisi tak bermoral bagi kelangsungan negara.

Tragedi peristiwa Duren Tiga punya implikasi serius terhadap Indonesia sebagai negara. Polri harus segera memperbaiki citranya. Kepercayaan rakyat terhadap aparat penegak hukum harus dipulihkan. "Negara tanpa polisi berbahaya, tapi negara dengan polisi yang tidak berakhlak dan tidak bermoral -- lebih berbahaya lagi," kata Haidar.

Kekinian, mulai surut spekulasi info tragedi. Kian mengerucut. Sudah berlangsung penetapan lima tersangka. Itu pula "trigger" meningkatnya kepercayaan publik. Semula menukik hingga 28%, kini naik lagi ke angka 78%.

Baca Juga: Aneka Ragam Soto Nusantara Akan Ditampilkan Dalam Festival Kuliner 2022

Peristiwa Duren Tiga amat sangat mencederai institusi Polri. Penuntasan cermat dan segera menjadi pertaruhan lembaga yang sejatinya mengayomi. Hukum harus ditegakkan. Seadil-adilnya, tanpa pandang bulu. Kembalikan kepercayaan masyarakat sesegera mungkin. Kapolri menyebut tiga kelompok pelaku. Meliputi pidana utama, menghalangi proses hukum (obstruction of justice) dan pelanggaran kode etik.

                                                                 ***

Peristiwa Duren Tiga amat sangat mencederai. Sungguh memalukan. Rasanya, kali pertama dalam sejarah Polri. Apa hendak dikata, justru membuka tabir kelam yang selama ini bagai "dongeng" semata.

Jamak rumor di masyarakat. Marak perjudian "online" selama ini, mustahil tanpa "backing" aparat penegak hukum. Bagai tertutup rapat dan nyaris tak tersentuh. Nah, Peristiwa Duren Tiga menyiratkan "hikmah". Mirip "blessing in disguise", atau "berkah terselubung".

Peristiwa Duren Tiga, tak terduga malah menguak episode abai kepatutan lainnya. Malah, potensial akibat lebih dahsyat. Lebih berbahaya pula. Menenggelamkan nama baik institusi Polri, jelas sudah. Justru daya rusaknya berskala antargenerasi. Apalagi, kalau bukan aksi judi dan peredaran barang haram narkoba. Di masa "paceklik" ekonomi pascapandemi, banyak orang kadung "bunuh diri". Terbuai jalan pintas yang berbalik melindas. Berakibat hidup terpuruk. Sebaliknya, para bandar bertolak pinggang -- tetap jadi pemenang.

Baca Juga: Bulu Tangkis Tokyo : Timnas Dapat Giliran Mencoba Lapang hanya 1 Jam

Polri adalah garda depan pemberantasan judi dan narkoba. Alih-alih berkinerja atasnama tugas dan fungsi, justru menjadikan sarang oknum tak terpuji. Memperkaya diri atasnama atribut polisi. Sebuah ironi di institusi Polri. Hampir bersamaan, kasus di Polres Karawang mendahului. Oknum kasat narkoba yang semestinya memberantas peredaran barang terlarang itu -- malah jadi pemasok dan pengguna. Ngeri!

Lebih ngeri, justru yang sudah lama terjadi di lingkaran mabes polri. Menjadi poros gurita kejahatan. Kali ini, mulai terkuak. Konon sebagai akibat susulan alias "bom waktu" atas keberadaan Satgasus Merah Putih. Lembaga nonstruktural Polri yang dibentuk Tito Karnavian selaku Kapolri sebelum ini. Kini, ditiadakan alias dibubarkan. Keputusan Kapolri, Jenderal Listyo beroleh apresiasi. Bukan semata "liar", selebihnya berpotensi "batu sandungan" dalam membuka tabir kelam di rumah Polri.

Julukan Kaisar Sambo menunjukkan betapa berkuasa sang jenderal bintang dua itu. Siapa dia, sudah pada nyaho. Gambaran jaringan besar di tengah pusat kekuasaan Polri. Bagai submabes di Mabes Polri, dan kabarnya -- sangat berkuasa. Akhirnya terbuka lebar tentang hal yang disebut Konsorsium 303. Tindak pidana perjudian. Tak terbayangkan, putaran uang di sana. Mencapai triliunan rupiah. Meliputi jaringan "online" seluruh Indonesia. Bahkan ada "server" di luar negeri (Kamboja - pen).

Baca Juga: Kenaikan BBM Pertalite Jadi Rp 10.000/lt Menyulut Inflasi dan Menekan Pertumbuhan Ekonomi.

Setumpuk PR di tangan Kapolri. Belum rampung penyidikan Peristiwa Duren Tiga, tugas investigasi lain menanti. Perlu simultan. Berbarengan gencar penangkapan bandar judi "online" di sejumlah tingkatan polda. Puncaknya berupa lanjutan episode Sambo. Bakal panjang cerita bertajuk Kaisar Sambo. Sangat mungkin jalan berliku. Di tongkat komando Kapolri, Jenderal Listyo -- sangat diharapkan durasi waktu lebih pendek. Bersifat segera.

Momentum sejarah di depan mata. Singkirkan benalu di tubuh Polri. Tak cukup cuma "shock therapy". Borok dengan bau busuk, harus diamputasi. Daripada menjalar liar. Maknanya sebuah pertaruhan yang tak boleh ditunda. Adalah mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi Polri. Kapan lagi? Sekarang juga! Ya atau tidak? Ya..!! *

*) Wartawan senior di Bandung.

Editor: Otang Fharyana

Sumber: Tulisan Opini

Tags

Terkini

Terpopuler