Informasi Hoaks Soal Vaksin Covid-19 Semakin Marak, Kominfo Sebut Ada Beragam Motif Dibaliknya

29 Januari 2021, 14:15 WIB
ILUSTRASI Hoaks. /PEXELS

PR CIREBON – Penyebaran informasi salah atau hoaks saat ini semakin marak terutama mengenai vaksin Covid-19.

Hoaks di era digital penyebarannya sangat masif, termasuk yang berkaitan dengan pandemi Covid-19, terutama mengenai yang berlangsung saat ini.

Kondisi diperparah karena masih ada oknum tidak bertanggung jawab yang dengan sengaja membuat dan menyebarkan hoaks soal vaksin Covid-19.

Baca Juga: Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Merosot, Rachland Nashidik: Semoga Kali ini Tidak Menuding SBY Lagi

Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menyampaikan salah satu hoaks yang sempat mengemuka beberapa waktu lalu adalah terkait meninggalnya seorang tentara usai divaksinasi.

Mayor Infantri Sugeng Riyadi, Kepala Staf Kodim 0817/Gresik adalah korbannya. Ia diberitakan meninggal dunia setelah mendapat vaksin Covid-19 pada hari Jumat, 15 Januari 2021 lalu.

“Ini modus baru yang mencampurkan fakta bahwa ada tentara meninggal dan ditautkan dengan fakta pak Mayor Sugeng divaksin,” komentar Semuel, sebagaimana dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari laman resmi Kominfo.

Baca Juga: Sadis! Seorang Dokter Diduga Bunuh Pasien Lansia untuk ‘Kosongkan Tempat Tidur' Untuk Pasien Lain

Sebelumnya, Mayor Sugeng menyatakan bahwa dia baik-baik saja, bahkan untuk mengklarifikasinya ia menyebarkan swafoto yang menunjukkan dirinya sehat.

“Saya ditunjukkan melalui pesan WhatsApp, bahwa saya dikabarkan meninggal dunia. Saya pertama kali mendengar berita ini justru dari komandan saya Dandim 0817/Gresik, Letkol Taufik Ismail, kemudian saya diajak foto selfie untuk menangkal berita tidak benar itu,” terang Mayor Sugeng.

Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) menuturkan akhir-akhir ini isu dominan adalah hoaks terkait vaksin Covid-19.

Penyebaran hoaks ini memiliki beragam motif, termasuk motif ekonomi dan ada juga niat jahat di baliknya.

Baca Juga: Pakar: Penahanan Pendukung Jokowi Jadi Bukti Hukum Tidak Lihat Latar Belakang Politik dan Tidak Diskriminatif

"Kami mencatat ada 83 hoaks terkait dengan vaksin Covid-19, dan viralitasnya cukup tinggi, karena 42 persen terkait dengan isu keamanan dan kemanjuran termasuk hoaks kematian Mayor Sugeng,” ungkapnya.

Lebih lanjut Septiaji menganalisis ada beberapa kelompok masyarakat yang terpengaruh oleh hoaks vaksinasi ini.

Menurutnya, ada kelompok masyarakat yang sebenarnya bukan keluarga antivaksin, anak-anaknya divaksin BCG dan Difteri, tapi mereka lebih percaya teori konspirasi, sehingga menganggap Covid-19 ini flu biasa sehingga tidak perlu divaksin.

"Kelompok lainnya adalah kelompok yang mau divaksin dan sadar soal pentingnya vaksinasi Covid-19 tapi mereka memiliki bias. Misalnya bias anticina atau antibarat,” terangnya.

Untuk tidak mudah termakan hoaks Covid-19, masyarakat diimbau agar mengkonsumsi informasi dari sumber yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan.

Baca Juga: Soal Surat Keberatan kepada Dian Youtuber, Eiger: Kami Sadari Apa yang Kami Lakukan

“Apalagi informasi yang sangat penting yang akan menjadi penentu untuk membuat keputusan dalam hidup kita, maka kita perlu mengenal dokter atau pakar yang bisa kita percaya dan jauhi orang-orang yang tidak kita percayai,” terang Septiaji.

Terakhir Septiaji berpesan agar pada masa kritis semua informasi harus dicari informasi terbaik yang bisa kita cari. ***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Kominfo

Tags

Terkini

Terpopuler