SABACIREBON - Siapa bilang makanan tak mengenal politik. Ini sebuah fakta.
Ketika Uni Soviet runtuh dan menjelma jadi Rusia, tahun 1999 masuklah McDonald's. Selain urusannya bisnis juga punya misi diplomasi.
Konon itu sebagai upaya ikut mencairkan ketegangan perang dingin zaman Uni Soviet dengan Amerika Serikat.
Belakangan meletuslah perang Rusia versus Ukraina. McDonald's pun hengkang dari negeri beruang merah, lantaran AS pendukung Ukraina. Lagi-lagi ini politik.
Sekarang, bagaimana nasib gerai-gerai McDonald's di Rusia?
Ternyata ada yang melanjutkan. Namun dengan nama lain, Big Mac dan McFlurrys, di bawah
perusahaan baru Vkusno & tochka, atau "Enak dan hanya itu".
Tak di nyana, restoran cepat saji itu diserbu pelanggan. Mereka antre abis. Sebanyak 120.000 burger ludes dalam sehari.
Chief Executive Oleg Paroev girang bukan main. Ia pun berpikir ingin menambah gerai.
Fenomena itu menggambarkan, bahwa negara boleh berpolitik, tetapi lidah dan perut, tidak!***