Aktifis Rumah Cemara Bicara Bahaya Narkoba Pada Ribuan Calon Mahasiswa Universitas Widyatama

- 25 Agustus 2022, 22:35 WIB
Ilustrasi dampak bahaya narkoba. /Ilustrasi Penyalahgunaan Narkoba/BNN/Dok. BNN
Ilustrasi dampak bahaya narkoba. /Ilustrasi Penyalahgunaan Narkoba/BNN/Dok. BNN /

SABACIREBON – Secara biologis,  gen yang dimiliki seseorang sejak lahir, turut berperan menyumbang sekitar setengah dari risiko seseorang untuk menjadi pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang (NAPZA).

Selain faktor gen, penyumbang atas timbulnya  kecanduan terhadap narkotika itu juga datang dari unsur jenis kelamin, etnis serta  adanya gangguan mental lainnya.

Kustantonio dan Eva dari Rumah Cemara, menyampaikan hal itu ketika berbicara pada acara Program Pengenalan Universitas (PPU) Widyatama yang diikuti oleh 1.592 orang dari 2.102  calon mahasiswa. Acara itu berlangsung  secara online via zoom meeting  serta  tatap muka di gedung GSG Kampus Universitas Widyatama, Bandung Kamis (25/08).

Baca Juga: Turnamen Golf Berhadiah Total Rp1,65 miliar, Syukrizal Memimpin Barisan Pegolf Indonesia yang Lolos Cut-off

Panitya PPU Widyatama pada acara PPU tahun ini mengajak Rumah Cemara, sebuah organisasi masyarakat yang peduli terhadap pentingnya membantu masyarakat yang bermasalah dengan ketergantungan obat-obatan, untuk memberikan pemahaman terhadap calon mahasiswa tentang bahaya mengkonsumsi obat-obat terlarang semacam narkotika dan sejenisnya.

Pada kesempatan itu kedua pembicara juga menyinggung mengenai besarnya pengaruh lingkungan terhadap persoalan penggunaan obat-obat terlarang (NAPZA) di lingkungan masyarakat, khususnya para pemuda.

Lingkungan yang banyak mempengaruhi lahirnya seseorang sebagai pengguna bahkan menjadi pecandu obat-obatan bisa hadir  dari berbagai  kelompok yang bebeda-beda.  “Mulai dari keluarga dan teman hingga status ekonomi serta kualitas hidup secara umum. Faktor-faktor seperti tekanan teman sebaya, pelecehan fisik dan seksual, paparan dini terhadap obat-obatan, stres, dan kurangnya bimbingan orang tua, dapat sangat mempengaruhi kemungkinan seseorang menggunakan dan kecanduan narkoba,” kata kedua pembicara.

Baca Juga: Pengobatan Herbal : Kirinyuh, Tanaman Obat Serbaguna dan Cara Mengolahnya (Bagian 2)

Pada bagian lain pemapara tentang berbahayanya mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu Kustantonio maupun Eva menjelaskan pula mengenai proses kerja otak ketika seseorang menggunakan NAPZA.

“Mereka mungkin menggunakan lebih banyak obat untuk mencoba dan mencapai tingkat yang sama. Adaptasi otak ini sering menyebabkan orang tersebut menjadi semakin tidak dapat memperoleh kesenangan dari hal-hal lain yang pernah mereka nikmati, seperti makanan, seks, atau aktivitas sosial,” katanya.

Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang juga menurut kedua pembicara dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem dan sirkuit kimia otak lainnya, yang memengaruhi fungsi kerja otak meliputi:

  • Pembelajaran;
  • Pertimbangan;
  • Pengambilan keputusan;
  • Stress;
  • Penyimpanan memori dan
  • Perilaku.

Baca Juga: 70 Warga Binaan Lapas Menerima KTP Elektronik

Kustantiono maupun Eva juga memperingatkan seluruh calon mahasiswa Widyatama,  meskipun menyadari hal yang berbahaya ini, namun tetap banyak orang yang menggunakan narkoba dan terus mengkonsumsinya.  Ini karena  itu  merupakan sifat dasar dari kecanduan (adiktif personaliti).

Sebagian besar obat dapat memengaruhi "reward circuits" otak, menyebabkan euforia serta membanjirinya dengan dopamin sebagai pembawa pesan kimiawi. Sistem penghargaan yang berfungsi dengan baik, memotivasi seseorang untuk mengulangi perilaku yang diperlukan untuk berkembang, seperti makan dan menghabiskan waktu bersama orang yang dicintai.

Lonjakan dopamin di "reward circuits" dapat menyebabkan penguatan perilaku yang menyenangkan tetapi tidak sehat.  Seperti halnya menggunakan NAPZA yang dapat membuat orang mengulangi perilaku itu lagi dan lagi, kata Kustantiono dan Eva.

Baca Juga: BMKG Sebut Tsunami dan Gempa Berkekuatan Hingga 8,9 Magnitudo Ancam Daerah Ini, Terungkap Ini Pemicunya

Lebih jauh kedua pembicara  mengatakan, ketika seseorang terus menggunakan NAPZA maka otak beradaptasi dengan mengurangi kemampuan sel-sel di sirkuit penghargaan untuk meresponsnya. “Ini mengurangi rasa tinggi yang dirasakan orang tersebut dibandingkan dengan rasa tinggi yang mereka rasakan saat pertama kali mengonsumsi obat. Ini adalah efek yang dikenal sebagai toleransi."

Kepada seluruh peserta PPU pembicara dari Rumah Cemara itu juga untuk kesekian kalinya mem peringatkan resiko pemakai atau ketergantungan akibat NAPZA. “Pada saat seseorang menjangkau perawatan kecanduan, mereka mungkin telah menderita banyak kerugian yang menyakitkan dalam hidup mereka. Kecanduan dapat mencuri kebahagiaan seseorang, pekerjaan, teman dan keluarga  serta dapat mengikis kebebasan mereka,” katanya.

Terlalu sering, harapannya adalah bahwa seseorang harus mencapai "titik terendah" sebelum pengobatan dapat bekerja. Tapi ini adalah mitos yang bisa berakibat fatal. Pada saat itu kerusakan adalah konsekuensial dan jalan menuju pemulihan jauh lebih sulit.

 Baca Juga: Bulu Tangkis Tokyo : Ginting Melaju ke Perempat Final Kejuaraan Dunia 2022

“Sebenarnya, waktu terbaik untuk mendapatkan bantuan adalah sesegera mungkin. Namun seringkali ketika seseorang meminta bantuan sejak dini, masyarakat —teman dan keluarga, rekan kerja, sistem perawatan kesehatan— tidak menganggapnya sebagai masalah serius. Mereka mungkin mengabaikan atau menyangkalnya’” tambahnya.

Untuk mengatasi persoalan akibat mengkonsumsi dan ketergantuangan terhadap obat-obatan,  menurut pembicara dari Rumah Cemara, perlu dibuat sebuah Ekosistem yang bisa menjadi solusi bagi Negara, Pengguna, Pelayan Kesehatan dan masyarakat dari sudut pandang kesehatan.

Layanan kesehatan dan masyarakat harus mampu dan berani bergerak melampaui pandangan-pandangan yang ada dari segi moralistik dan agama tentang penggunaan dan pantangan narkoba  serta sikap dan praktik menghakimi yang menyertainya.***

Editor: Otang Fharyana

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x