Mengingatkan Bencana Kemanusiaan, Longsor Menjadi Kenangan di Hari Peduli Sampah Nasional di Cimahi

- 23 Februari 2020, 11:49 WIB
SEJUMLAH warga berjalan di dalam terowongan sampah plastik dalam peringatan HPSN di Kampung Cirendeu, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi, Jumat 21 Februari 2020.*
SEJUMLAH warga berjalan di dalam terowongan sampah plastik dalam peringatan HPSN di Kampung Cirendeu, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi, Jumat 21 Februari 2020.* /ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi//

PIKIRAN RAKYAT – Peristiwa longsor yang terjadi pada 15 tahun silam tepatnya 21 Februari 2005 Warga Kampung Cirendeu, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi di manfaatkan dengan memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).

Salah seorang perwakilan warga Cirendeu, Yana mengatakan bahwa setiap tahunnya Kampung Cirendeu selalu mengenang tragedi tersebut.

Tragedi yang dijadikan sebagai peringatan HPSN itu, menurutnya adalah bencana kemanusiaan karena ulah manusia.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 23 Februari 2020, Berita Baik Hampiri Aquarius dan Capricorn Jangan Bertindak Gegabah

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Antara, Hari Peduli Sampah Nasional menjadi momentum untuk mengenang kejadian 15 tahun silam.

"Kami selalu melaksanakan (peringatan HPSN), dan mengingatkan bahwa ini bukan bencana alam, ini adalah bencana kemanusiaan, ini sebuah momentum bersejarah," kata Yana dalam acara HPSN di lokasi eks TPA Leuwigajah, Kota Cimahi, Jumat 21 Februari 2020.

Bukti bahwa pengelolaan sampah oleh pemangku kebijakan yang kurang tepat adalah  terjadinya tragedi yang menewaskan sebanyak 157 jiwa.

Meski sudah tak lagi menjadi tempat pembuangan akhir (TPA), eks TPA Leuwigajah itu ia harap bisa kembali seperti kondisi semula.

"Kami sebagai warga sangat merasa prihatin, ternyata pemerintah masih jauh dari harapan kami terkait bagaimana pemerintah memberikan edukasi (pengelolaan sampah), dan juga eks TPA ini bisa dikembalikan sebagaimana asalnya," ujar Yana.

Baca Juga: Bisa Menjadi Acuan, Simak 10 Universitas Terbaik di Indonesia Tahun 2020 Versi QS Asia University

Sebagai warga kampung adat Cirendeu, ia mengakui pihaknya minim pengetahuan mengenai tata cara pengelolaan sampah yang baik. Pasalnya, kata dia, yang warganya ketahui hanyalah bagaimana cara menjaga alam tanpa adanya sampah.

"Eks TPA Leuwigajah ini mohon dinormalisasi, jadi harus ada kejelasan, ini harus dikembalikan ke asal (alam)," katanya.

Tragedi tersebut menjadi catatan bagi pemerintah dalam pengelolaan sampah, kata Sekda Kota Cimahi Dikdik Suratno Nugrahawan.

Karena menurutnya kawasan tersebut lebih cocok apabila dijadikan ruang terbuka hijau (RTH).

"Apa yang terjadi 15 tahun lalu menjadi catatan bagi kita agar lebih bijak dalam menjaga lingkungan hidup," katanya.

Baca Juga: Tutup Hari Pertama Gelaran Love Fest 2020 Penuh Kejutan, Tulus Dapat Sambut Riuh Penonton

Sejauh ini kata dia, ini pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi sudah mengedukasi kepada masyarakat tentang cara pengelolaan sampah.

Selain untuk warga Cirendeu, menurutnya edukasi mengenai pengelolaan sampah juga berlaku bagi masyarakat wilayah Bandung dan sekitarnya.

Sehingga menurutnya sampah bisa diminimalisasi dari sumbernya.

"Kami menggerakkan kader lingkungan sampai ke tingkat RW (rukun warga), kita memiliki sekitar 312 RW se-Cimahi, kita akan pastikan kader paham tentang mengelola sampah, sehingga sampah yang dihasilkan berkurang," kata Dikdik.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x