Mengenai makna menabuh gamelan Degung, dijelaskan Ki Demang Wangsafyudin, bahwa esensi Seni Sunda dalam perspektif Islam, menurutnya, perlu diketahui Agama Islam masuk dan tersebar di Indonesia dengan jalan dan cara yang damai.
Di mana, yang melakukan Syiar Islam tersebut adalah para Wali yang bejumlah 9 orang, dikenal ‘Walisongo’.
Kontribusinya begitu besar dalam menyebarkan ajaran Islam di nusantara ini. Dan, para Wali tersebut tidak serta merta memberangus praktek adat tradisi yang sudah berkembang di masyarakat.
Bahkan, melalui cara tradisi yang ada lingkungan masyarakat digunakan sebagai media penyampai Syariat Islam.
Proses-proses penyesuaian antara tradisi adat istiadat dan Islam disebut sinkretisme. Dalam proses itu, para Wali tidak menghilangkan praktik-praktik lama, tetapi dengan menambahkan warna Islam dalam setiap tradisi yang berkembang di masyarakat.
“Adapun, sinkretisme yang terjadi dalam seni tradisi budaya Sunda, diantaranya ‘Degung, berasal dari ‘undak usuk basa’ atau kosakata bahasa Sunda, yaitu “ngadegkeun Nu Agung”, atau mendirikan tiang agama Islam, menegakkan segala perintah Allah SWT,” jelasnya.
Lebih lanjut Ki Demang Wangsafyudin memaparkan, dalam seni Degung terdapat waditra atau instrumen alat musik ‘Kacapi’ dan ‘Suling’.
Diterangkannya, Kacapi berasal dari kata yang berarti kaca pikiran. Artinya, sebagai manusia, setiap pemikiran harus bernilai positif dan bermanfaat mampu menjadi cerminan orang lain. Sedangkan Suling, berarti “susul nepi ka eling”, atau manusia harus berpikir secara waras/sadar.