Kaget Banyak Orang Sambangi Rumahnya, Wanita di Garut Tak Sadar KTP Miliknya Dipakai Penipuan Online

28 Agustus 2020, 07:00 WIB
TANGKAPAN layar korban yang tertipu oleh oknum yang menyalahgunakan KTP NA (kiri) & Grup di Facebook yang digunakan untuk modus penipuan penjualan barang secara online (kanan).* //Tangkapan layar Facebook/

PR CIREBON - Kartu Tanda Penduduk (KTP) menjadi sebuah identitas penting yang dimiliki oleh warga Indonesia dan harus dijaga dengan baik.

Di zaman serba canggih seperti saat ini, KTP bisa dijadikan sebagai alat penipuan oleh oknum-oknum jahil yang tidak bertanggung jawab demi keuntungannya dan merugikan si pemilik identitas.

Perempuan asal Garut, Jawa Barat, NA (23) menjadi korban yang dirugikan atas penipuan yang tidak pernah ia lakukan, di mana identitasnya digunakan oknum tak bertanggung jawab untuk meraup untung.

Baca Juga: Menlu Bersihkan Nama Indonesia dari Bom Filipina, Retno: Bukan WNI, Dua Pelaku adalah Warga Lokal

 

NA menjadi korban pencemaran nama baik, di mana terdapat penipuan yang beraksi secara online. Penipu mengirimkan KTP miliknya kepada korban, seolah KTP tersebut adalah milik si penipu.

Menurut penuturan NA, kejadian penipuan tersebut diketahui pada tahun 2018, di mana ia tiba-tiba didatangi oleh satu keluarga yang berasal dari Bandung untuk mencari seorang gadis yang tidak NA kenal.

"Awalnya aku juga gak ngerti tiba-tiba ada sekeluarga dari Bandung nyari yang namanya Nia apa Lina aku lupa pas awal tahun 2018-an kalau gak salah," ujar NA, seperti diberitakan oleh Pikiran Rakyat Tasikmalaya dalam artikel berjudul "Didatangi Banyak Orang Tak Dikenal, KTP Wanita Asal Garut Disalahgunakan Oknum Jahil untuk Penipuan".

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Jurnalis AS Ungkap Dana TikTok Dipakai untuk Cuci Otak Muslim Uighur

Gadis yang menyambangi rumah NA awalnya merasa bingung, karena NA bukan orang yang mereka cari.

Setelah keluarga itu menjelaskan, mereka tengah mencari seorang perempuan yang meminjam uang kepada gadis tersebut dan memberikan KTP NA sebagai jaminannya.

Keluarga korban menuturkan, perempuan yang meminjam uang kepada anak gadisnya bekerja di salah satu pabrik yang berada di Bandung. Namun, NA pada saat itu masih berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Garut dan tidak pernah bekerja atau tinggal di luar kota.

Baca Juga: Kader PDIP Kedapatan Sakiti Perempuan, Megawati Tak Segan Langsung Pecat Tanpa Penjelasan

Setelah kejadian tersebut, mulai banyak orang yang mencarinya di Facebook dan mengaku telah ditipu oleh pelaku yang mengatasnamakan NA dengan memberi KTP miliknya.

Pelaku menggunakan modus penjualan online yang stroller bayi dan baju muslimah yang kemudian memberikan KTP NA pada korban sebagai jaminan barang akan dikirim, menegaskan bahwa itu bukan penipuan.

Padahal NA mengaku bahwa drinya sudah lama tidak pernah bermain media sosial Facebook lagi.

Baca Juga: Amien Rais Sebut Kebakaran Kejagung Ulah Cukong, PDIP: Masyarakat Bisa Simpulkan Hanya Spekulasi

Setelah itu, banyak orang-orang yang mengaku menjadi korban penipuan mulai berdatangan ke rumah NA.

Korban penipuan memperlihatkan KTP milik NA, namun NA sama sekali tak tahu menahu tentang hal itu dan mengaku kaget.

 

"Masih banyak yang datang juga setelah itu, tapi modusnya mulai beda. Mungkin si korbannya tuh pacaran sama si penipunya, dimintain uang dengan alasan lagi di mana gitu mau pulang, terus ada yang alasan ibunya sakit lagi butuh uang. Tapi KTP-nya tuh alamatnya doang yang di sini, nama sama fotonya ada cewek lain sama cowok lain gitu. Bilangnya 'datengin aja rumah. Di sana ada pembantu saya'. Padahal ya, di rumah aku cowok tuh cuman ada adik aku doang masih kecil sekarang aja dia baru 12 tahun," ujar NA.

Baca Juga: Megawati Singgung Giring Jadi Balon Pilpres, Hasto: Deklarasi tuh, Memang Sudah Keliling Indonesia?

Kemudian kasus lainnya mulai terendus,korban penipuan merupakan seseorang yang berdomisili di Garut, di mana ia ikut tertipu karena melakukan jual beli HP.

Namun, bukannya mendapatkan HP seperti yang dijanjikan, korban malah mendapatkan tas di dalam paketnya.

Setelah kejadian tersebut, korban pun melacak melalui pihak pengiriman barang dan menemukan pelaku, yang merupakan warga Banyuresmi, Garut, Jawa Barat.

Baca Juga: Rajin Bayar Iuran BPJS, Subsidi Gaji adalah Penghargaan Presiden Jokowi untuk Pekerja

NA pun akhirnya melaporkan pelaku ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik, namun karena bukti yang dimiliki dinilai masih kurang kuat dan atas dasar kemanusiaan jalan damai akhirnya dipilih, di mana pelaku saat itu memiliki anak kecil yag masih menyusui.

NA menurturkan, semua kejadian itu berawal saat KTP miliknya beredar di media sosial, di mana pada tahun 2018 NA pernah mengirimkan surat pembaca beserta identitas miliknya yang merupakan salah satu tugas kuliah.

KTP yang dipakai untuk melakukan penipuan, NA mengaku identitas tersebut merupakan KTP lama dengan kesalahan nama saat cetak dan sempat diperbaiki sejak tahun 2015, namun dipersulit dan NA memutuskan untuk berhenti memperbaikinya.

Baca Juga: Bawang Merah Sumbang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Sukses Ekpor 100 Ton Mamamia ke Malaysia

 

Setelah ada kejadian penipuan tersebut, NA mencoba kembali untuk memperbaiki KTP miliknya, namun pihak capil masih mempersulit proses perbaikan, di mana saat itu sedang ramai kasus korupsi mega e-KTP. Barulah pada tahun 2019, KTP itu bisa diperbaiki.

Jadi, KTP yang selama ini dipakai untuk melakukan penipuan merupakan KTP lama dengan nama yang salah, di mana saat ini KTP tersebut sudah dikembalikan pada kecamatan dan diganti dengan yang baru.

"KTP itu sudah diganti bulan Januari tahun 2019 dan diserahkan ke pihak kecamatan karena ada kesalahan nama. Kasus itu juga pernah dilaporkan ke pihak polres garut, surat laporannya juga ada," tambah NA.

Baca Juga: Paslon Bajo Dituding Jadi Boneka PDIP di Pilkada Solo, Hasto : Kami Tak Main Kotor, Kontestasi Sehat

Kendati sudah diperbaiki, kasus tersebut tidak berhenti begitu saja, di mana bulan Juni hingga Agustus 2020, KTP milik NA dengan kesalahan nama ternyata masih dipergunakan oleh oknum-oknum jahil melakukan penipuan online.

Pelaku ini diduga bukan hanya satu orang, namun dari berbagai kasus penipuan, ada beberapa pelaku yang berbeda dan dilakukan bersama komplotan.

"Iya kelihatannya banyak. Tapi dulu pas ke polisi, polisi bilangnya cuman ada satu dan itu komplotan. Jadi kalau misal jualan stroller udah ketahuan, dia ganti jualan hp, terus jualan baju, sampai nipu perempuan atau cowok," tutupnya.***(Rahmi Nurlatifah/PR TASIKMALAYA)

Editor: Nur Annisa

Sumber: PR Tasikmalaya

Tags

Terkini

Terpopuler