Menonton Monolog Wanodja Soenda, Ridwan Kamil: Saya Saja Laki-laki Terharu

31 Januari 2020, 15:07 WIB
PRESS Conference Monolog Wanodja Soenda pada Selasa, 28 Januari 2020.* /Humas Jabar//

PIKIRAN RAKYAT - Perempuan mempunyai peranan sangat penting, tidak hanya dari segi kuantitas tapi juga kualitas yang sama dengan laki-laki dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Kekuatan wanita itu kini ditampilkan melalui gelaran 'Wanodja Soenda', sebuah monolog penuh sejarah yang lahir dari gagasan Heni Smith (Direktur The Lodge Group) dan sutradara Wawan Sofwan serta menggandeng Inaya Wahid selaku narator dan Atalia Praratya Ridwan Kamil sebagai pembaca puisi. 

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Humas Jawa Barat, Ridwan Kamil mengapresiasi Monolog tersebut karena di dalamnya terdapat perjuangan wanita-wanita tangguh.

Baca Juga: Kalahkan Maung Ngora, Melaka United Malaysia Siap Tantang Persib Bandung

Lewat karya tersebut, dikisahkan semangat perlawanan dari para wanita Sunda di era Hindia Belanda yang telah berkiprah di bidang politik, pendidikan dan seni budaya, yakni Raden Dewi Sartika (Sita Nursanti), Raden Ayu Lasminingrat  (Maudy Koesnaedi), dan Emma Poeradiredja (Rieke Dyah Pitaloka) dengan menghadirkan suasana Bandung era tahun 1930-an.

Semangat perlawanan mereka terwujud dalam setiap pergerakan dari perhimpunan para wanita yang pada masa itu mengalami diskriminasi dan penindasan.

"Anak-anak milenial perempuan harus paham bahwa ada sejarah-sejarah luar biasa yang datang dari Tanah Air sendiri khususnya di Tanah Sunda, khususnya (tentang) perempuan," ujar Kang Emil saat menghadiri Press Conference Monolog Wanodja Soenda pada Selasa, 28 Januari 2020.

Baca Juga: Satu Grup dengan India dan Filipina di BATC 2020, Susi Susanti Mewanti-wanti Jangan Lengah

Kang Emil mengatakan, kesenian dapat menjadi salah satu cara mengenalkan dan mengingat kembali sejarah yang pernah ada, khususnya sejarah perjuangan kaum perempuan. 

Di Jawa Barat sendiri banyak sosok perempuan yang dapat menjadi inspirasi masyarakat Indonesia.

Selain sosok yang diangkat dalam Wanodja Soenda, ada juga tokoh seperti Ibu Inggit Ganarsih dan banyak perempuan lainnya yang bisa menginspirasi dalam berbagai aspek bidang kehidupan. 

Ia menilai pelajaran yang ada di sekolah hanya menjelaskan tentang siapa mereka, bukan bagaimana pemikiran yang mereka miliki.

Padahal dalam sejarah, hal penting yang harus di ambil yakni kekuatan serta pemikiran dari sosok pahlawan yang bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda saat ini.

Baca Juga: Tim Bulutangkis Indonesia Ditarget Runner Up di BATC, Susi Susanti: Tapi Mau Jadi Juara Juga

Ridwan kamil juga menyebutkan bahwa kegiatan monolog seperti itu menjadi peran penting dan merupakan cara yang yang mudah dan cepat dalam merasakan nilai-nilai positif para pahlawan perempuan yang bisa diambil oleh para penonton.

Pasalnya kegiatan seperti ini pasti memiliki makna yang mendalam, baik itu di bidang pendidikan, seni, dan lain-lain.

"Cara yang paling mudah dan cepat untuk merasakan nilai-nilai positif itu adalah dengan monolog ini. Monolog ini punya aspek pendidikan, estetika berkesenian, sehingga saya dukung. Saya saja laki-laki mendengarnya terharu, apalagi perempuan pasti lebih terasa (haru)," tambahnya.

Baca Juga: Tim Bulutangkis Indonesia Ditarget Runner Up di BATC, Susi Susanti: Tapi Mau Jadi Juara Juga

Selain mengutarakan komentarnya, Kang Emil juga mengatakan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar siap mendukung acara seperti monolog Wanodja Soenda.

Karena kesenian juga dinilai dapat menjadikan pariwisata Jabar lebih baik dan berkualitas sehingga masyarakat dapat menikmati dan mengapresiasi karya seni dan budaya Indonesia terutama dari Jabar.

"Oleh karena itu, kita dukung acara ini tidak berhenti hanya hari ini dan besok. Karena semua perempuan yang mendengarkan pasti akan membangkitkan semangat perjuangan dan semangat eksistensi dirinya," tegas Kang Emil***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Humas Jawa Barat

Tags

Terkini

Terpopuler