Tahun ini, setidaknya 900 orang tenggelam di Mediterania saat mencoba mencapai pantai Eropa, beberapa korban meninggal karena proses penyelamatan yang tertunda.
Sementara itu, lebih dari 11.000 orang telah dikembalikan ke Libya, menempatkan mereka pada risiko menghadapi pelanggaran hak asasi manusia, penahanan, pelecehan, perdagangan manusia, dan eksploitasi, seperti yang didokumentasikan oleh PBB.
Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 di Jabar Naik Usai Libur Panjang, Ridwan Kamil Antisipasi Libur Tahun Baru
IOM telah mencatat baru-baru ini adanya peningkatan dalam keberangkatan dari negara tersebut. Sekitar 1.900 orang dicegat dan dikembalikan, sementara itu lebih dari 780 masuk ke Italia dari Libya sejak awal Oktober saja.
IOM mengatakan, memburuknya kondisi kemanusiaan para imigran yang ditahan di pusat-pusat yang penuh sesak, dikarenakan penangkapan dan pemenjaraan sewenang-wenang yang meluas, serta pemerasan dan pelecehan yang mengkhawatirkan.
"Dengan tidak adanya perlindungan bagi migran yang kembali ke negara itu, zona Pencarian dan Penyelamatan Libya harus didefinisikan ulang untuk memungkinkan aktor internasional melakukan operasi penyelamatan jiwa," kata IOM.
Baca Juga: Pernikahan Beda Agama Dilarang, Memicu Reaksi Muslim di Rusia yang Memiliki Paham Berbeda
Dia menegaskan bahwa Libya bukanlah pelabuhan yang aman untuk kembali dan mengulangi seruannya pada komunitas internasional dan Uni Eropa untuk mengambil tindakan segera dan konkret untuk mengakhiri siklus pengembalian dan eksploitasi.***