Normalisasi dengan Israel, Konflik Generasi Buat Raja dan Putra Mahkota Arab Saudi Bertentangan

- 24 September 2020, 10:33 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. /

PR CIREBON – Menurut sebuah laporan, jalan menuju perdamaian antara Arab Saudi dengan Israel selalu bergantung pada kesepakatan dengan Palestina, tetapi tanda-tanda lain di kerajaan menunjukkan perubahan mungkin sedang berlangsung dan bahwa setiap terobosan datang dari pewaris takhta, yakni Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Dilansir Pikiranrakyat-Cirebon.com dari New York Post, pemikiran yang saling bertentangan tentang Saudi mengenai hubungannya dengan Israel berasal dari perpecahan antara putra mahkota dan ayahnya, Raja Salman, tentang bagaimana mereka memandang kepentingan nasional.

"Bukan rahasia lagi bahwa ada konflik generasi," kata Rabbi Marc Schneier yang berbasis di New York, penasihat raja Bahrain yang telah mengadakan pembicaraan di Arab Saudi dan dengan negara-negara Teluk lainnya tentang membangun hubungan yang lebih kuat dengan Israel.

Baca Juga: Sering Berkoar Soal PKI, Alfian Tanjung Disomasi GP Ansor hingga Berujung Damai

Schneier mengatakan saudara dari putra mahkota, Pangeran Khalid bin Salman, duta besar Saudi untuk AS, mengatakan bahwa prioritas utama ahli waris adalah mereformasi ekonomi Saudi.

“Dia mengungkapkan kata-kata: kami tidak akan bisa berhasil tanpa Israel. Jadi bagi Saudi, ini bukan pertanyaan 'jika', ini adalah pertanyaan 'kapan.' Dan tidak ada keraguan bahwa mereka akan membangun hubungan dengan Israel," lanjut Schneier.

Akan tetapi, seorang bangsawan Saudi terkemuka, Pangeran Turki al-Faisal, meremehkan kabar tentang beda pemikiran antara raja dan ahli warisnya, dengan mengatakan perihal keretakan antara raja dan putra mahkota hanyalah spekulasi.

Baca Juga: Umrah Mulai Dibuka 4 Oktober 2020, Kemenag RI Tunggu Keputusan Soal Negara yang Diizinkan Arab Saudi

Negara-negara Teluk telah berusaha untuk bersekutu dengan Israel sehubungan dengan tindakan agresif Iran di wilayah tersebut dan karena kekhawatiran atas arah kebijakan luar negeri AS.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x