PR CIREBON - Sebuah ledakan dahsyat di gudang-gudang pelabuhan dekat Beirut telah menewaskan lebih dari 75 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang lainnya, pada Selasa, 4 Agustus 2020.
Ledakan tersebut telah mengirimkan sebuah gelombang kejut yang menghancurkan jendela, batu dan mengguncang tanah di ibukota Lebanon.
Diberitakan sebelumnya, ledakan yang terjadi merupakan yang paling dahsyat dalam beberapa tahun yang melanda Beirut, yang baru saja pulih dari krisis ekonomi dan lonjakan infeksi virus corona.
Baca Juga: Pandemi Buat Potensi Manusia Sia-sia, PBB: Dunia Hadapi 'Bencana Generasi' yang Mengacaukan Kemajuan
Berdasarkana data yang dikumpulkan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menunjukkan bahwa ledakan besar yang terjadi di Beirut sangat kuat.
Tak hanya kuat, ledakan tersebut juga menciptakan gelombang seismik yang setara dengan gempa berkekuatan 3,3 Skala Richter (SR).
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari CNN, kendati setara dengan magnitudi 3,3 SR, tidak langsung sebanding dengan gempa dengan ukuran yang sama.
Baca Juga: Dipercaya Lebih dari 160 Negara, Bio Farma Siap Produksi Vaksin Covid-19 Berbahan Baku Halal
Menurut ahli geofisika di Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional AS, Don Blakeman, hal tersebut karena jenis ledakan permukaan, seperti ledakan di Beirut, tidak menghasilkan magnitudo sebesar gempa bumi.
Blakeman mengatakan sebagian besar energinya terserap ke udara dan bangunan yang berada di sekitarnya.
"Tidak cukup energi yang ditransmisikan ke dalam batuan di tanah," katanya.
Artinya, jika ledakan itu terjadi di bawah permukaan bumi, mungkin kekuatannya akan lebih tinggi dari yang terjadi kemarin, Selasa, 4 Agustus 2020.***