Jadi Bencana Konservasi Terparah, 35O Gajah Mati dengan Posisi Aneh Sukses Picu Amarah Aktivis Alam

- 2 Juli 2020, 11:17 WIB
Ratusan gajah mati misterius di Bostwana. (dailymail)
Ratusan gajah mati misterius di Bostwana. (dailymail) /

PR CIREBON - Sebanyak 350 gajah mati secara misterius di Botswana, Afrika Selatan yang dianggap sebagai kematian massal hewan yang terparah, sekaligus masuk dalam bencana konservasi.

Kematian 350 gajah itu tak diketahui sebab pastinya, tetapi foto udara menunjukkan bangkai hewan raksasa yang tersebar di Delta Okavango dan bagian utara Bostwana.

Melansir dari DailyMail, kematian yang tidak biasa ini berawal dari laporan pada Mei lalu saat 169 gajah mati dalam waktu singkat di Delta Okavango yang terkenal sebagai habitat satwa liar dengan lokasi rawa yang rimbun.

Baca Juga: Dibawah Tekanan Ekstrem dan Dilecehkan, Atlet Triathlon Nasional Korea Meninggal Bunuh Diri

Media setempat pun melaporkan bahwa jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat pada pertengahan Juni dengan 70 persen kematian terjadi di sekitar air.

Hal ini pun jelas memicu kemarahan komunitas pencinta hewan, aktivis konservasi alam dan fauna sejak Mei lalu.

Menanggapi kasus kematian luar biasa ini, Pemerintah Botswana justru belum menguji bangkai gajah untuk mencari jejak racun atau patogen.

Baca Juga: Resmi, Menpora Ditunjuk Menjadi Ketua Penyelenggara Piala Dunia U-20 Tahun 2021

Mereka hanya menduga-duga, seperti tidak mungkin kematian gajah itu akibat Anthrax. Meskipun, fakta menunjukkan racun sianida sebelumnya digunakan para pemburu liar di Zimbabwe.

Melansir dari The Guardian, seorang direktur konservasi di National Park Rescue, Niall McCann menyebut bahwa kematian massal yang menimpa ratusan gajah itu belum pernah terjadi dalam waktu yang lama, sehingga bisa dibilang ini menjadi kematian terparah.

“Ini kematian massal dengan level yang belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat lama. Di luar musim kemarau, aku tidak pernah melihat kasus kematian seperti ini.”

Baca Juga: Gunakan Helimousine saat Ziarah, Ketua KPK Dilaporkan MAKI atas Dugaan Pelanggaran Kode Etik

McCann pun menjelaskan hasil pengamatannya bahwa bangkai gajah ditemukan dengan posisi yang tidak biasa, sehingga akan sulit memastikan jenis racun yang membunuh mereka.

“Anda lihat bangkai gajah ini, beberapa dalam posisi wajah tepat di tanah, ini menunjukkan bahwa mereka mati dengan sangat cepat. Yang lainnya jelas mati lebih lambat, seperti yang dialami gajah yang tak menetap. Jadi sangat sulit memastikan racunnya.”

McCann pun berani mengatakan bahwa kematian gajah baru-baru ini merupakan bencana konservasi, terutama karena negara gagal melindungi salah satu asetnya yang paling berharga.

Baca Juga: Santer Beredar Pesan Berantai, Daftar Calon Menteri untuk Reshuffle dari Ahok hingga AHY

Sedangkan, seorang pejabat direktur departemen margasatwa dan taman nasional Botswana, Dr. Cyril Taolo mengungkapkan bahwa kasus kematian ratusan gajah itu sedang dalam proses konfirmasi, karena hanya 280 dari 350 gajah yang berhasil dikonfirmasi.

"Kami mengetahui kasus gajah-gajah yang sekarat ini. Dari 350 gajah, kami mengonfirmasi 280 di antaranya. Kami masih dalam proses mengonfirmasi sisanya.”

Lebih lanjut, Taolo menjelaskan bahwa pembatasan aktivitas selama Covid-19 membuat pemrosesan untuk tes gajah berjalan lamban. Terlebih, hasil sejumlah tes telah dikirim ke negara lain untuk dianalisis.

Baca Juga: Tak Sengaja Konsumsi Ganja dalam Makanan, Satu Keluarga Dilarikan ke Rumah Sakit

Hingga saat ini, nampak sedikitnya burung pemakan bangkai berkeliaran di sekitar bangkai gajah yang membuat warga setempat meyakini ada sesuatu di luar fenomena alam yang menyebabkan kematian ratusan gajah tadi.

Terutama Pandemi Covid-19 juga ikut masuk sebagai kemungkinan pemicu kematian misterius ini.

Dalam sejarahnya, populasi gajah Afrika secara keseluruhan terus menurun karena perburuan liar, tetapi populasi itu terus bertambah di Botswana .

Baca Juga: Ikuti Jejak Any Song, Lagu Kolaborasi Zico dan Rain 'Summer Hate' Puncaki Tangga Lagu Real Time

Selama ini, Negara Afrika Selatan sudah menjadi rumah bagi sepertiga gajah di Benua Hitam yang ikut meningkatkan populasi dari 80.000 menjadi 130.000.

Bahkan, sekitar 15.000 gajah di delta Okavango dan turisme margasatwa telah menghasilkan sekitar 12 persen PDB.

Meskipun, gajah masih dalam ancaman karena petani setempat melihatnya sebagai gangguan yang merusak tanaman.

Baca Juga: Khusus Zona Hijau, Sekolah Fisik Mulai 13 Juni 2020 dengan 18 Siswa dan Hanya 3 Hari dalam Seminggu

Sementara itu, sejumlah ilmuwan mendesak Pemerintah Botswana untuk menguji bangkai hewan-hewan tersebut untuk memastikan kematian mereka tidak menimbulkan risiko bagi kehidupan manusia. Terlebih, penularan patogen dari manusia ke hewan saat ini menjadi prioritas dunia.

Ini pun didukung dengan pernyataan warga setempat melaporkan gajah terlihat berjalan berputar-putar yang menunjukkan adanya gangguan neurologis baik akibat patogen ataupun racun.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Guardian Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x