Status Kepemilikan PLTN Zaporizhzhia Jadi Rebutan Rusia dan Ukraina

- 7 Oktober 2022, 07:27 WIB
PLTN Zaporizhzhia milik Ukraina yang diklaim Rusia sebagai miliknya./media Pakuan
PLTN Zaporizhzhia milik Ukraina yang diklaim Rusia sebagai miliknya./media Pakuan /

SABACIREBON – Konflik dua negara bertetangga dan punya hubunan sejarah sebagai satu negara bersatu, Rusia dan Ukraina terus berlanjut dengan saling menguasai teritorial.

Setelah Rusia  mendeklarasikan empat wilayah provinsi di Ukraina sebagai wilayah kekuasaan baru mereka, kini persoalan kepemilikan pusat pembangkit listrik yang ada di Ukraina juga menjadi bahan perselisihan.

Namun demikian Kepala IAEA (Badan Energi Atom Internasional), Kamis (6/10) menggambarkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia tersebut sebagai milik Ukraina.

Baca Juga: Inilah Dosa atau Kesalahan ke Enam Tersangka Tragedi Kanjuruhan

Pandangan tersebut merupakan penentangan terhadap deklarasi Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Zaphorizhizhia sekarang menjadi bagian dari Rusia.

Putin pada Rabu (5/10) mengeluarkan perintah agar pihak berwenang mengambil alih kendali PLTN Zaporizhizhia, yang direbut oleh pasukan Rusia pada Maret.

Namun pada hari yang sama, kepala perusahaan energi nuklir negara Ukraina itu menyatakan bahwa dialah yang merupakan pengendali PLTN tersebut.

Baca Juga: Kapolri Tetapkan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan, termasuk Direktur PT LIB dan Ketua Panitia Penyelenggara

"Masalah ini menyangkut hukum internasional," kata Kepala IAEA Rafael Grossi dalam konferensi pers ketika melakukan kunjungan ke Kiev untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

"Kami ingin perang segera berhenti, dan tentu sikap IAEA adalah bahwa fasilitas ini merupakan fasilitas Ukraina."

Rusia menduduki PLTN Zaporizhizhia (ZNPP), yang terbesar di Eropa, tak lama sejak memulai invasi ke Ukraina. Namun demikian, pembangkit itu masih dioperasikan oleh staf Ukraina.

Baca Juga: Pupus Cita-cita karena Gas Air Mata

ZNPP berlokasi di salah satu kawasan Ukraina selatan, yang oleh Putin sudah secara resmi digabungkan ke Rusia setelah Moskow menggelar referendum di sana.

Langkah Moskow itu dikecam oleh pemerintah Ukraina dan negara-negara Barat sebagai penyerobotan wilayah.***


Editor: Otang Fharyana

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x