"Ini memberi kita wawasan yang sangat luar biasa tentang seberapa besar kekacauan yang kita buat di planet kita yang indah ini.
"Ini memberi kita kesempatan untuk secara ajaib melihat seberapa baik itu bisa terjadi," ujar ilmuwan konservasi Stuart Pimm dari Duke University.
Baca Juga: Supir WHO yang Tengah Membawa Swab Test Corona Ditembak, Sang Ayah: Dia Pahlawan Kesehatan
Chris Field, Direktur Stanford Woods Institute for the Environment, mengumpulkan para ilmuwan untuk menilai perubahan ekologis yang terjadi pada begitu banyak umat manusia yang tinggal di rumah.
Para ilmuwan mengatakan mereka bersemangat untuk mengeksplorasi perubahan tak terduga dalam gulma, serangga, pola cuaca, kebisingan dan polusi cahaya.
Bahkan, Pemerintah Italia sedang mengerjakan ekspedisi laut untuk mengeksplorasi perubahan laut selepas ditinggal para penyelam dan nelayan.
Baca Juga: Update Corona Dunia Rabu, 22 April 2020: Indonesia Paling Banyak Kematian se-Asia Tenggara
"Dalam banyak hal kita seperti memukul sistem bumi dengan palu godam dan sekarang kita meliha dampak yang terjadi pada Bumi," ujar Field.
Sementara itu, ilmuwan atmosfer NASA Barry Lefer, mengungkapkan udara dari Boston ke Washington adalah yang terbersih sejak satelit NASA mulai mengukur nitrogen dioksida.
Pengukuran NASA menunjukan, dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya, polusi udara Maret turun 46 persen di Paris, 35 persen di Bengaluru, India.