Presiden Filipina Ancam Tembak Mati Pelanggar Lockdown, Warga Keluhkan Kelaparan

- 2 April 2020, 17:10 WIB
Presiden Filipina Duterte
Presiden Filipina Duterte /Daily Mail/ Ayunda Lintang Pratiwi

PIKIRAN RAKYAT - Sejak diberlakukan lockdown guna menekan angka terinfeksi corona, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, telah memerintahkan polisi dan militer untuk menembak mati para pembuat masalah.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Aljazeera, Duterte dalam pidatonya mengungkap, para pembuat masalah telah membuatnya geram, selama kebijakan lockdown ini berlangsung, angka kejahatan dan pelecehan terhadap tenaga medis terus meningkat.

"Jangan membahayakan petugas kesehatan, para dokter, karena itu adalah kejahatan serius, saya perintahkan kepada polisi dan militier, jika ada yang membuat masalah dan membahayakan masyarakat lain, maka tembak mati saja," tegas Duterte.

Baca Juga: Donald Trump Sebut Kasus Tiongkok Temui Sisi Terang, Anggota Parlemen: Itu Data Palsu

Tak hanya itu, ia juga meminta warga Filipina untuk bekerja sama dan mengikuti kebijakan karantina di rumah sebagaimana telah ditetapkan pemerintah.

"Jangan mengintimidasi pemerintah. Jangan menentang pemerintah. Anda akan kalah," ujarnya kepada wartawan Filipina dan Inggris.

Komentarnya muncul setelah laporan media terkait gangguan dan beberapa penangkapan pada Rabu, 1 April 2020, dari warga di daerah miskin Manila, mereka melakukan protes kepada pemerintah mengenai bantuan makanan yang kurang.

Baca Juga: Gelar Resepsi Pernikahan di Tengah Wabah Corona, Suami Selebgram Rica Andriani Dimutasi

Dengan adanya aksi protes diluar rumah yang dilakukan sejumlah warga Filipina di Manila itu, keamanan desa dan polisi mendesak warga untuk kembali ke rumah, tetapi mereka menolak.

Aksi pengamanan yang berlangsung lama ini, akhirnya polisi berhasil membubarkan protes dan menangkap 20 orang sebagai otak atau dalang di balik aksi tersebut.

Sementara itu, Otoritas Kesehatan Filipina telah melaporkan 2.311 kasus Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini setidaknya telah memakan korban sebanyak 96 warga Filipina.

Baca Juga: Tulis Surat Kritikan, Kapten Kapal Theodore Roosevelt Diduga akan Terima Hukuman

Keadaan ini menyebabkan pihak pemerintah Filipina menetapakan lockdown dari dua bulan yang lalu. Mengingat, adanya lockdwon, membuat warga menjadi kekurangan makanan, maka dengan terpaksa mereka melakukan aksi protes.

Seperti yang diungkap, Jocy Lopez, pemuda berumur 47 tahun itu menyatakan, aksi protes ini hanya dalam rangka meminta bantuan pemerintah terkait penyediaan makanan yang kurang.

Lebih lanjut, dalam aksi penangkapan ini menyebabkan sejumlah kelompok aktivis mengutuk tindakan itu dan meminta pemerintah segera melakukan pembebasan.

Baca Juga: Prediksi Wabah Corona Berakhir Mei 2020, Pakar UGM Sebut Pasien Positif Capai 6.000 Kasus

Serta meminta janji pemerintah untuk program perlindungan sosial di tengah kebijakan lockdown senilai Rp 66,7 Triliun guna membantu keluarga miskin dan mereka yang kehilangan pekerjaan,

"Menggunakan kekuatan berlebihan dan penahanan tidak akan memadamkan perut kosong orang Filipina yang sampai hari ini, tetap membantah. Bantuan uang tunai untuk orang miskin," ujar kelompok hak asasi perempuan, Gabriela.

Penduduk lain kemudian mengadakan rapat umum untuk menuntut pembebasan mereka yang ditahan, memegang poster bertuliskan tes massal, bukan penangkapan massal.

Baca Juga: Berkorban Demi Pasien yang Lebih Muda, Seorang Nenek Positif Covid-19 Tutup Usia

Wilayah utama Filipina Utara Luzon adalah rumah bagi lebih dari 57 juta orang dan di bawah penguncian selama sebulan.

Para eksekutif provinsi dan kota dari bagian lain negara itu juga telah meluncurkan langkah-langkah serupa di komunitas mereka, hampir menempatkan lebih dari 100 juta orang di bawah karantina.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x