Dituding Pembawa Covid-19, 50.000 Etnis Tionghoa Berhasil Bantu Italia Kalahkan Corona

- 1 April 2020, 14:40 WIB
Suasana salah satu kota di Tiongkok yang sepi karena lockdown.
Suasana salah satu kota di Tiongkok yang sepi karena lockdown. //Daily Star

PIKIRAN RAKYAT - Di balik badai infeksi dan kematian besar melanda Italia, terdapat perjuangan komunitas besar yang membantu mengalahkan virus corona Covid-19, yaitu 50.000 etnis Tionghoa di Kota Prato.

Dua bulan lalu, warga Tiongkok di Italia menjadi target kemarahan, penghinaan, dan serangan kekerasan warga Italia yang takut terpapar virus corona.

Bahkan di Prato, Kota Tuscan yang merupakan rumah bagi komunitas Tiongkok terbesar di Italia, dijaga dengan ketat sehingga membuat mereka terpenjara sementara waktu disana.

Baca Juga: Raja Salman Tanggung Pengobatan Seluruh PasIen Covid-19 di Arab Saudi, Termasuk Para WNA

“Kami orang Italia takut kalau orang Tiongkok dari Prato yang menjadi masalah. Sebaliknya, mereka melakukan jauh lebih baik daripada kita,” kata Renzo Berti, pejabat tinggi kesehatan negara untuk daerah itu.

Ketakutan mereka tidak berdasar sebab faktanya semua warga Tiongkok di Prato tidak ditemukan satupun terinfeksi virus corona, meskipun virus itu berasal dari tempat mereka dilahirkan.

Dilansir situs Reuters, Berti memuji perjuangan warga Tiongkok yang harus merelakan sementara waktu terpenjara, sehingga menurunkan tingkat infeksi di seluruh kota, bahkan hampir setengah dari rata-rata kasus.

Baca Juga: Semprot Cairan Disinfektan ke Badan Jalan, Akademisi: Itu Hanya Buang-Buang Anggaran

Ketika orang-orang Italia memutuskan pergi ke lereng ski dan berdesakan di cafe serta bar seperti biasanya, penduduk Tiongkok di Prato nampak menghilang ditelan bumi, bahkan disaat perayaan tahun baru Tiongkok sekalipun.

Tak hanya itu, ada beberapa bukti warga Tiongkok selain di Kota Prato, memilih berdiam dirumah dan tidak menjalankan bisnisnya, ketika infeksi corona melanda Italia secara besar-besaran.

Seperti ungkapan seorang pemilik restoran Milan Francesco, Wu, yang juga seorang pebisnis besar di Italia Confcommercio mengatakan, warga Tiongkok sengaja menutup bisnis mereka.

Baca Juga: Cek Fakta: Hoaks Video Pemerintah Italia Buang Mayat Pasien Covid-19, Simak Kebenarannya

"Kebanyakan dari mereka menatapku seperti Cassandra, tidak ada yang bisa percaya itu terjadi di sini, sekarang Troy terkunci di dalam dan tidak melakukan bisnis," ujar Wu.

Lebih lanjut, kisah perjuangan lain datang dari pengusahan kelahiran Tiongkok, Luca Zhou yang telah melakukan perjalanan dari Tiongkok ke Italia pada 4 Februari 2020 lalu untuk bertemu istri dan anaknya.

Namun, Zhou memilih untuk mengisolasi diri di Italia selama 14 hari, karena ia takut menginfeksi istri dan anak serta warga Italia lainnya.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Pasukan Tentara Turun ke Jalan Membantu Melawan Covid-19 di New York?

Bahkan, setelah melalui masa karantina dan keadaan memaksanya untuk tetap berkegiatan, Zhou tetap sigap mengenakan masker dan sarung tangan agar ia tidak menyebarkan virus ke orang lain.

Beberapa temannya di Italia heran dengan perlakukan dirinya, mereka menganggap itu terlalu berlebihan, ungkapan ini banyak dilontarkan sebelum Italia menduduki puncak terinfeksi paling tinggi di dunia dalam beberapa bulan lalu.

“Teman-teman ltalia-ku menatapku dengan aneh. Saya mencoba berkali-kali untuk menjelaskan kepada mereka bahwa mereka harus memakainya tetapi mereka tidak mengerti," ujar Zhou.

Baca Juga: Sebut Tak Banyak Memberi Manfaat di Tengah Covid-19, WHO Minta Kurangi Penggunaan Masker

Meskipun otoritas Italia tidak menyuruh Zhou melakukan hal tersebut, namun ia tetap melakukannya agar penyebaran virus dalam skala besar seperti di Tiongkok tidak terjadi di Italia.

Ketika infeksi Italia mulai terjadi pada akhir Februari dan awal Maret lalu, kemarahan warga Italia memuncak seperti penindasan, kecaman, bahkan kekerasan dilakukan untuk mengusir warga Tiongkok dari sana.

Sehingga, menyebabkan anak-anak dan orang lanjut usia yang tinggal di Italia sementara waktu harus diungsikan ke Tiongkok agar tidak menjadi bulan-bulanan warga disana.

Baca Juga: Soal Covid-19, Trump Perkirakan Virus Corona di AS Bisa Tewaskan 240.000 Korban Jiwa

Seperti yang dilakukan Chiara Zheng, mahasiswa 23 tahun ini, terpaksa harus kembali ke Tiongkok karena mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari teman-teman sejawatnya di Italia.

Namun, Chiara juga mengatakan bahwa langkah ini memang pilihan terbaiknya agar warga Italia jauh dari infeksi virus corona, meskipun dengan kepulangannya ke Tiongkok dapat membuat dirinya terinfeksi virus corona.

“Saya sadar akan gawatnya situasi. Saya merasakan kewajiban untuk melakukannya untuk orang lain dan orang-orang yang dekat dengan saya. Demi warga Italia," ujar Chiara.***

 

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x