Menentang Junta Militer, Puluhan Biksu Myanmar Lakukan Aksi Turun ke Jalan

- 26 September 2021, 07:45 WIB
Ilustrasi bendera Myanmar. Biksu di Myanmar lakukan aksi menentang kudeta militer.
Ilustrasi bendera Myanmar. Biksu di Myanmar lakukan aksi menentang kudeta militer. /Pixabay/jorono

PR CIREBON - Puluhan biksu Buddha pro-demokrasi Myanmar melakukan aksi turun ke jalan di kota Mandalay untuk menentang kudeta militer pada Sabtu, 25 September 2021.

Aksi itu bertepatan dengan peringatan 14 tahun protes massa yang dipimpin biksu sebelumnya di Myanmar.

Puluhan biksu memakai jubah oranye terang dan merah tua. Mereka berbaris melalui jalan-jalan Mandalay dengan bendera dan spanduk serta melemparkan pita warna-warni ke udara.

Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Resmi Digantikan 6 Perempuan Milenial: Mereka akan Duduk Sebagai Pimpinan Sehari

"Para biksu yang mencintai kebenaran berdiri di pihak rakyat," kata seorang pemimpin protes kepada AFP.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Times of India, para biksu meneriakkan pembebasan tahanan politik.

Termasuk meminta pembebasan Aung San Suu Kyi, yang menang telak dalam pemilihan November tahun lalu

Baca Juga: Ekonomi Negara Terancam Hilang, Vanuatu Serukan PBB Beri Solusi Konkrit Soal Perubahan Iklim

Beberapa biksu membawa mangkuk sedekah terbalik, yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan sumbangan makanan dari masyarakat.

Itu sebagai simbol protes untuk menolak rezim junta, yang menyebut dirinya Dewan Administrasi Negara.

"Kami harus mengambil risiko untuk memprotes karena kami dapat ditangkap atau ditembak kapan saja. Kami tidak aman untuk tinggal di biara-biara kami lagi," kata seorang biarawan berusia 35 tahun.

Baca Juga: Bahas Kelaziman, Ahmad Dhani Singgung Saipul Jamil dan Pengalaman di Penjara

Pada tahun 2007, para biksu Buddha memimpin demonstrasi besar-besaran secara nasional menentang rezim junta militer sebelumnya, pemberontakan yang dimulai setelah kenaikan harga bahan bakar secara tiba-tiba.

Diketahui, Myanmar berada dalam kekacauan dan ekonominya lumpuh sejak Februari ketika militer menggulingkan pemerintah sipil Aung San Suu Kyi.

Di seluruh negeri perlawanan anti-junta telah mengakar, mendorong militer untuk melancarkan tindakan brutal terhadap perbedaan pendapat. Lebih dari 1.100 warga sipil tewas dan 8.400 ditangkap, menurut kelompok pemantau lokal.

Baca Juga: Raffi Ahmad Minta Izin Beli Private Jet, Nagita Slavina Sebut Niatnya Jelek, Buat Apa Ya?

Secara historis, biksu di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha telah dilihat sebagai otoritas moral tertinggi, mengorganisir komunitas dan kadang-kadang memobilisasi oposisi terhadap rezim militer.

Namun kudeta telah mengungkap perpecahan di antara para biksu, dengan beberapa biksu terkemuka memberikan restu kepada para jenderal dan yang lainnya mendukung para pengunjuk rasa.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Sumber: Times of India


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x