Dampak Gempa Haiti Masih Terasa, Orang Tua Khawatirkan Masa Depan Anak-anak: Alami Kelaparan dan Infeksi

- 24 Agustus 2021, 15:40 WIB
Gempa yang terjadi di Haiti beberapa waktu lalu masih terasa dampaknya bagi warga sekitar, terutama orang tua pada anak-anaknya.
Gempa yang terjadi di Haiti beberapa waktu lalu masih terasa dampaknya bagi warga sekitar, terutama orang tua pada anak-anaknya. /REUTERS/Ricardo Arduengo

PR CIREBON – Gempa bumi yang menewaskan ribuan di Haiti beberapa waktu lalu masih memengaruhi negara itu hingga saat ini.

Warga Haiti terutama khawatir soal menyediakan kebutuhan untuk anak-anak mereka, dengan lebih dari setengah juta anak di bawah umur dikhawatirkan berisiko terkena dampaknya.

Gempa yang terjadi di Haiti pada 14 Agustus lalu itu menghantam infrastruktur, menghancurkan atau merusak sekitar 130.000 rumah, memutus jalan dan membuat ribuan keluarga mengalami masa depan yang tidak pasti.

Baca Juga: Soal Perpanjangan Batas Waktu Evakuasi dari Afghanistan, AS: Itu Keputusan Presiden

Hal yang terjadi pada ibu rumah tangga bernama Lovely Jean misalnya, yang sedang beristirahat di dalam rumah sakit umum di kota selatan Les Cayes saat gempa terjadi.

Saat itu, bayinya yang baru berusia tiga hari, Love Shaiska, berada di bangsal neonatal. Ia dirawat karena infeksi.

Les Cayes adalah salah satu daerah yang paling parah terkena gempa, dan ketika dinding rumah sakit bergetar, Jean meminta suaminya, Pierre Alexandre, untuk mengambil bayi itu sementara dia melarikan diri dari gedung.

Baca Juga: Hoshi SEVENTEEN Ungkap Tentang Kepribadian Aslinya: Saya Benar-benar Jujur Saat Bersama...

"Bumi bergetar dan saya menangis, sangat takut dengan apa yang terjadi," kata wanita berusia 24 tahun itu, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Saat ini keluarganya tinggal di rumah mereka yang rusak di sebuah desa kecil di luar kota Camp-Perrin, barat laut Les Cayes.

Ketiganya selamat, meskipun rumah sakit mengalami kerusakan yang memaksa beberapa departemennya, termasuk bangsal neonatal, untuk beroperasi di luar selama berhari-hari setelah bencana.

Baca Juga: Selandia Baru Mencatat Rekor Lonjakan Kasus Covid-19 Tertinggi Sejak April 2020

Tetapi masalah baru saja dimulai bagi Jean dan suaminya yang merupakan seorang petani.

Ladang Alexandre terkubur oleh tanah longsor selama gempa bumi dan hujan yang disebabkan oleh Badai Tropis Grace, yang menerjang Haiti Selasa lalu.

Seluruh tanaman kentang dan yuca miliknya tidak dapat dijangkau, membuat keluarga hampir tidak memiliki makanan untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Israel Jatuhkan Bom pada Situs Hamas di Gaza Sebagai Tanggapan Atas Serangan Balon Api

Sementara itu, Love Shaiska yang masih harus diberi susu, memaksa orang tuanya mengumpulkan uang untuk membeli susu formula.

"Saya tidak tahu apa yang akan kami lakukan," ujar Alexandre.

Lebih dari puluhan orang tua lain yang di zona gempa menyatakan keprihatinan yang sama tentang bagaimana mereka akan mengatasinya.

Baca Juga: Pilih Salah Satu Hewan Ini dan Ungkap Sisi Gelap dalam Diri Anda, Ada yang Pendendam

Badan PBB, UNICEF, menyebut bahwa lebih dari setengah juta anak terkena dampak gempa.

Gempa tersebut merenggut nyawa sedikitnya 2.207 orang, melukai 12.268 lainnya dan menyebabkan 344 orang hilang, menurut pihak berwenang Haiti.

Upaya pemulihan terhambat oleh banjir dan kerusakan jalan, menambah ketegangan di daerah yang terkena dampak parah.

Baca Juga: Ungkapan Kegembiraan Anang Hermansyah dan Ashanty Sambut Kehamilan Aurel Hermansyah: Kita Bahagia Banget

Dalam beberapa hari terakhir, penduduk telah menjarah truk bantuan di beberapa kota di selatan, menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan.

Sementara itu di pegunungan semenanjung selatan Haiti, dekat kota Duchity, sekitar seratus petani tinggal di tenda-tenda ramping dari tiang kayu dan seprai yang mereka dirikan di sepanjang jalan raya.

Gempa menghancurkan rumah mereka, tanaman dan lubang beton yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan.

Baca Juga: Ungkap Kepribadian Rahasia Dirimu Melalui Bentuk Kaki, Salah Satunya Kamu Dapat Diandalkan!

“Dengan sedikit makanan dan air, banyak anak-anak menderita kelaparan, demam, dan infeksi,” kata Evelya Michele, ibu dari lima anak yang tinggal di perkemahan.

"Anak-anak sangat rentan, tidak ada air sehingga kami bahkan tidak bisa memandikan mereka untuk menjaga mereka tetap bersih," kata Michele.

Sedangkan anak-anaknya yang lebih besar telah berangkat berjalan ke desa terdekat untuk mencari makanan.

"Saya tidak meminta mereka. Mereka pergi begitu saja tanpa bertanya kepada saya karena mereka lapar," katanya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah