Pelajar Perempuan Afghanistan Sebut Tak Melihat Masa Depan di Negaranya Usai Pengambilalihan Taliban

- 23 Agustus 2021, 11:30 WIB
Pasca Taliban berhasil kuasai Afghanistan, para pelajar perempuan menyebut tak ada masa depan di negaranya.
Pasca Taliban berhasil kuasai Afghanistan, para pelajar perempuan menyebut tak ada masa depan di negaranya. /ANTARA/REUTERS/Stringer

PR CIREBON- Sekelompok perempuan Afghanistan yang mengingat pemerintahan Taliban di tahun 1996-2001 mengalami trauma setelah kelompok itu merebut kembali kendali atas negara itu.

Atas pengambilalihan Taliban terhadap Afghanistan itu menyebabkan ribuan orang berbondong-bondong meninggalkan negara itu.

“Kami akan kembali ke kegelapan,” kata salah satu mahasiswa perempuan asal Afghanistan yang dievakuasi ke Qatar pasca negaranya dikuasai Taliban, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Malay Mail.

Baca Juga: Fans Lesti dan Rizky Billar Dapat Penghargaan dengan Memecahkan Rekor MURI, Berikut Ulasannya

Mahasiswa perempuan itu menggambarkan perasaan cemas dan takut. Seperti orang lain, ia pun menolak untuk memberikan rincian yang dapat mengidentifikasi mereka atau keluarga mereka di rumah karena alasan keamanan.

"Itu semua cerita yang kami dengar dari orang tua dan kakek-nenek kami, dan pada saat itu hanya sebuah cerita, tetapi sekarang seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan," kata perempuan kedua.

Empat perepmpuan yang berbicara kepada Reuters adalah di antara ratusan siswa Afghanistan, kebanyakan perempuan, yang dievakuasi ke negara Teluk Arab.

Baca Juga: Ramalan Horoskop, 23 Agustus 2021: Aries, Taurus, dan Gemini Anda Akan Bertemu Seseorang yang Baru Jika Lajang

Ketika mereka terakhir memegang kekuasaan, Taliban secara ketat menegakkan interpretasi ultra-konservatif mereka tentang Islam Sunni yang termasuk melarang perempuan pergi ke sekolah atau bekerja.

Banyak yang meragukan proklamasi kelompok militan bahwa kali ini hak-hak perempuan akan dilindungi di bawah kerangka Islam.

"Semua orang tahu betapa keras dan brutalnya era itu," kata perempuan kedua kepada Reuters di sebuah kompleks perumahan di ibu kota Doha yang menampung para pengungsi, termasuk warga negara lain.

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini, Senin 23 Agustus 2021: ANTV, Trans 7, dan TV One

Dia mengatakan dirinya tidak percaya ada cukup guru perempuan di Afghanistan untuk kelas-kelas yang dipisahkan berdasarkan gender yang ditekankan oleh Taliban.

Kelompok perempuan itu mengatakan bahwa nilai-nilai Taliban asing bagi mereka dan bahwa mereka tidak akan kembali ke Afghanistan selama kelompok itu memegang kendali, bahkan di bawah pemerintahan yang berbagi kekuasaan.

“Saya merasa seperti saya tidak lagi menjadi bagian dari negara ini dan saya tidak dapat memiliki negara saya kembali karena situasinya semakin buruk dari hari ke hari,” tutur perempuan ketiga.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Hari Ini, 23 Agustus 2021: Cancer, Leo, dan Virgo Masalah Keuangan Tampak Meningkat

"Kami membutuhkan waktu 20 tahun untuk membangun negara kami dan ... sekarang semuanya telah runtuh," tambah perempuan lain.

Seorang perempuan ketiga mengatakan dia mencoba membawa sebidang tanah, tetapi tertinggal di bagasi di bandara Kabul.

Sekarang yang harus dia ingatkan tentang Afghanistan hanyalah paspornya.

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini, Senin 23 Agustus 2021: Trans TV, SCTV, NET TV, dan TVRI

Dia tidak tahu di mana dia akan menetap tetapi mengatakan dia bertekad untuk melakukan yang terbaik untuk menemukan rumah baru dan menyelesaikan studinya.

"Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa lakukan ... karena saya tidak melihat masa depan di dalam (Afghanistan)," tuturnya.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Malay Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah