Dan bahkan saat Olimpiade ditutup pada Minggu kemarin, perasaan mereka diakui terus campur aduk.
“Rasanya memang tidak benar mengadakan Olimpiade, mengingat sebagian besar populasi Jepang belum sepenuhnya divaksinasi, dan banyak acara dan kegiatan domestik telah dibatalkan,” kata penduduk Tokyo Nozomi Seki.
Namun saat Olimpiade dimulai, Seki mengatakan bahwa dia merasa senang dengan atlet yang meraih medali.
"Jumlah kasus di Jepang tumbuh ke level tertinggi yang pernah ada, tetapi sebagian besar TV menunjukkan Olimpiade alih-alih membahas situasi Covid, yang terkadang mengganggu saya," tambahnya, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.
“Tetapi ketika para atlet yang memenangkan medali menghargai fakta bahwa Olimpiade berlangsung, itu membuat saya tidak terlalu marah kepada pemerintah,” lanjutnya.
Baca Juga: 3 Alasan Mengapa Drakor 'Hometown Cha-Cha-Cha' Ditetapkan Jadi Drama Romantis yang Unik
Kasus Covid-19 di Tokyo mencapai rekor tertinggi dalam seminggu terakhir, dengan Jepang saat ini mencatat rata-rata tujuh hari hampir 13.000 kasus, puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Saya masih tidak yakin apakah menjadi tuan rumah Olimpiade adalah langkah yang tepat. Tapi setidaknya tidak banyak peningkatan kasus positif di antara orang-orang yang terkait dengan Olimpiade,” ujar Seki, yang mengatakan bahwa dia khawatir dengan Paralimpiade.
Menurut laporan baru-baru ini, penyelenggara mencatat 404 infeksi terkait Olimpiade sejak 1 Juli. Mereka melakukan hampir 600.000 tes skrining, dengan tingkat infeksi 0,02 persen.