Pada saat itu, Macron tengah berada di Prancis selatan ketika ia menyapa kerumunan kecil penonton.
Rekaman video amatir dari serangan tamparan itu segera menyebar di media sosial.
Baca Juga: Apa Itu BTS Meals? Ternyata Ini yang Paling Dicari Para Penggemar BTS Alias ARMY
Tarel, yang mengenakan T-shirt khaki, terlihat menampar Macron lalu meneriakkan “Ganyang Macronia” dan “Montjoie, Saint-Denis”, seruan perang tentara Prancis ketika negara itu berbentuk monarki.
Sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan menggambarkan Tarel sebagai seseorang yang sedikit linglung, culun, dan gamer.
Dia mengelola klub penggemar seni bela diri lokal yang berfokus pada praktik seni bela diri Eropa bersejarah, termasuk ilmu pedang tradisional.
Macron mengatakan dia tidak mengkhawatirkan keselamatannya, dan terus berjabat tangan dengan anggota masyarakat setelah dia ditampar.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar lokal Dauphine Libere setelah ditampar, Macron menyebut insiden itu sebagai salah satu dari kebodohan.
“Anda tidak dapat memiliki kekerasan, atau kebencian, baik dalam ucapan atau tindakan. Kalau tidak, demokrasi itu sendiri yang terancam," katanya.