Pedesaan India Alami Dampak Lonjakan Covid-19, Tak Ada Dokter hingga Lahan Pertanian Kurang Terawat

- 19 Mei 2021, 19:25 WIB
Pedesaan di India mengalami dampak dari lonjakan Covid-19 di negara itu, termasuk tidak adanya dokter dan lahan pertanian kurang terawat.
Pedesaan di India mengalami dampak dari lonjakan Covid-19 di negara itu, termasuk tidak adanya dokter dan lahan pertanian kurang terawat. / Reuters/Danish Siddiqui

PR CIREBON – Lonjakan kasus Covid-19 yang melanda India mengacaukan kota-kota besar di negara itu, dan sekarang melanda daerah pedesaan di negara Asia Selatan tersebut.

Berbeda dengan wilayah perkotaan, sebagian besar desa di India tidak memiliki cara untuk melawan virus tersebut.

Di Basi, sekitar satu setengah jam dari ibu kota India New Delhi, sekitar tiga perempat dari 5.400 penduduk desa sakit dan lebih dari 30 orang meninggal dalam tiga minggu terakhir.

Baca Juga: Pejabat Kesehatan AS Sebut Vaksin Pfizer dan Moderna Efektif terhadap Varian Virus India

Di desa tersebut, tidak ada fasilitas kesehatan, tidak ada dokter dan tidak ada tabung oksigen. Berbeda dengan populasi perkotaan India yang melek media sosial, penduduk tidak dapat meminta tolong melalui Twitter kepada orang asing yang bersedia membantu.

“Sebagian besar kematian di desa disebabkan karena tidak ada oksigen yang tersedia,” kata Sanjeev Kumar, ketua komunitas petani yang baru terpilih.

"Yang sakit dilarikan ke markas distrik dan pasien yang sangat sakit itu harus menempuh perjalanan sekitar empat jam," katanya, seraya menambahkan bahwa banyak yang tidak datang tepat waktu.

Baca Juga: Agensi Konfirmasi Lee Da Hee Sudah Memasuki Tahap Akhir dalam Mempertimbangkan Drakor Island

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Straits Times, dalam wawancara dengan perwakilan dari lebih dari 18 kota dan desa di berbagai bagian India, terdapat seluruh keluarga yang meninggal hingga tubuh yang mengambang di Sungai Gangga.

Bahkan, lahan pertanian di India pun tidak terawat karena kurangnya pekerja.

Banyak orang mengatakan skala krisis jauh lebih besar daripada yang diungkapkan angka resmi, dengan penduduk desa takut meninggalkan rumah mereka bahkan jika mereka demam.

Baca Juga: Hesti Purwadinata dan Satu Keluarga Besar Positif Covid-19: Bukan Cuma Fisik yang Menyerang, Tapi Pikiran Juga

Hingga saat ini, India melaporkan 274.390 kematian sejak dimulainya pandemi, menurut angka resmi dari Kementerian Kesehatan.

Kemarahan meningkat baik di pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dan otoritas lokal karena gagal mendukung infrastruktur medis setelah gelombang virus tahun lalu, termasuk mengamankan pasokan oksigen dan vaksin yang cukup.

Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa bulan lalu kalah dalam pemilihan lokal di Basi dan bagian lain Uttar Pradesh, tepat ketika negara itu mulai mencatat hampir 400.000 kasus baru setiap hari.

Baca Juga: Pertama Kali Tampil di Publik Sejak Perceraiannya Diumumkan, Bill Gates akan Bahas Soal Ini

Sentimen masyarakat juga menunjukkan masalah yang lebih besar bagi Modi dan sesama pemimpin BJP Yogi Adityanath, kepala menteri Uttar Pradesh yang telah disebutkan sebagai calon penerus Perdana Menteri.

Selama pemilihan baru-baru ini untuk menunjuk kepala desa, banyak petugas pemungutan suara terinfeksi Covid-19, termasuk Kumarsain Nain (59), yang tertular virus bersama putranya yang berusia 31 tahun.

“Dia tidak dapat berjalan dan terengah-engah. Kami membawanya bulan lalu ke rumah sakit terdekat setelah tidak dapat menemukan ambulans dengan dukungan oksigen,” kata putra lainnya, Praveen Kumar.

Baca Juga: Lirik Lagu Next Level dan Terjemahan Bahasa Indonesia - aespa

"Setelah kami sampai di rumah sakit, dokter mengatakan dia telah meninggal, tetapi alih-alih mencatat Covid-19 sebagai penyebab kematian, mereka mengatakan serangan jantung," lanjutnya.

Kakaknya meninggal tak lama kemudian di klinik lain sekitar 30 menit, bersamaan dengan enam pasien lain yang juga mendapat bantuan oksigen.

"Kecurigaan saya adalah rumah sakit kehabisan oksigen, yang menyebabkan kematian," kata Kumar.

Baca Juga: Ketua Parlemen AS Nancy Pelosi Serukan Boikot Olimpiade Beijing: Jangan Hormati Pemerintah Tiongkok

Ia menambahkan bahwa menyelenggarakan pemilu ketika pemerintah tahu bahwa kasus-kasus meningkat dan penularannya menyebar adalah tindakan kriminal.

Sementara itu, perwakilan dari Kantor Perdana Menteri dan Kementerian Kesehatan belum menanggapi permintaan komentar.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: The Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah