Mutasi Virus Corona Sebabkan Lonjakan di India, Ilmuwan Sebut Telah Peringatkan Pemerintah Sejak Awal Maret

- 2 Mei 2021, 16:15 WIB
Ilustrasi pandemi. Forum ilmuwan di India menyebut bahwa mereka telah memperingatkan varian virus Corona baru baru namun tidak digubris pemerintah.*
Ilustrasi pandemi. Forum ilmuwan di India menyebut bahwa mereka telah memperingatkan varian virus Corona baru baru namun tidak digubris pemerintah.* /Pixabay/Tumisu

PR CIREBON – Lonjakan kasus Covid-19 di India disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebabkan lemahnya protokol kesehatan dan adanya mutasi dari virus corona.

Adanya mutasi virus corona tersebut, menurut sebuah forum penasihat ilmiah yang dibentuk pemerintah India, telah diperingatkan pada para pejabat sejak awal Maret.

Akan tetapi, lanjut para ilmuwan, pemerintah federal India tidak berusaha untuk memberlakukan pembatasan dalam rangka menghentikan penyebaran virus. Alih-alih, pemerintah membiarkan adanya festival keagamaan tanpa masker dan demonstrasi politik yang diadakan Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Baca Juga: Prediksi Liga Inggris: Tottenham vs Sheffield, Spurs Kejar Target Finish di Posisi Empat Besar

Puluhan ribu petani, sementara itu, terus berkemah di tepi New Delhi memprotes perubahan kebijakan pertanian Modi.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters, peringatan tentang varian baru pada awal Maret dikeluarkan oleh Konsorsium Genetika SARS-CoV-2 India, atau INSACOG.

Peringatan itu disampaikan kepada seorang pejabat tinggi yang melapor langsung ke perdana menteri, menurut salah satu ilmuwan, direktur pusat penelitian di India utara yang berbicara tanpa menyebut nama.

Baca Juga: Penyanyi Transgender Pertama Korea, Harisu Curhat Soal Dikejar 100 Selebriti Pria

Sementara itu, Kantor Modi tidak menanggapi permintaan komentar.

INSACOG dibentuk sebagai forum penasihat ilmiah oleh pemerintah pada akhir Desember lalu khusus untuk mendeteksi varian genom virus corona yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat.

INSACOG menyatukan 10 laboratorium nasional yang mampu mempelajari varian virus.

Baca Juga: Munarman dan Rizieq Shihab Mendekam di Polda Metro Jaya, Dewi Tanjung: Cie Lagi Reunian, Lagi Ngapain ya?

Menurut Ajay Parida, direktur Institute of Life Sciences yang dikelola negara dan anggota INSACOG, peneliti INSACOG pertama kali mendeteksi B.1.617, yang sekarang dikenal sebagai varian virus India, pada awal Februari.

INSACOG membagikan temuannya dengan Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) kementerian kesehatan sebelum 10 Maret, memperingatkan bahwa infeksi dapat meningkat dengan cepat di beberapa bagian negara.

Temuan itu kemudian diteruskan ke Kementerian Kesehatan India, yang tidak menanggapi permintaan komentar.

Baca Juga: Member Boy Group ASTRO Cha Eun Woo Ungkapkan Beberapa Tips untuk Menghilangkan Stress saat Jadwal Padat

Sekitar tanggal tersebut, INSACOG mulai menyusun draf media statement untuk Kementerian Kesehatan. Versi draf itu menguraikan temuan forum.

Dalam draf tersebut tertulis bahwa varian India baru memiliki dua mutasi signifikan pada bagian virus yang menempel pada sel manusia, dan telah dilacak pada 15 persen hingga 20 persen sampel dari Maharashtra, negara bagian yang paling parah terkena dampak di India.

Draf tersebut mengatakan bahwa mutasi, yang disebut E484Q dan L452R, menjadi perhatian tinggi. Ada pula data virus mutan E484Q yang lolos dari antibodi, dan ada data bahwa mutasi L452R bertanggung jawab atas peningkatan penularan dan kurangnya kekebalan.

Baca Juga: Pengunjung Tanah Abang Abaikan Prokes, Inul: Bukan Salah Presiden, Tapi Rakyatnya Tidak Mau Diatur!

Kementerian mempublikasikan temuan itu sekitar dua minggu kemudian, pada 24 Maret, ketika mengeluarkan pernyataan kepada media.

Ditanya mengapa pemerintah tidak menanggapi temuan tersebut dengan lebih tegas, misalnya dengan membatasi pergerakan, Shahid Jameel, ketua kelompok penasehat ilmiah INSACOG, mengatakan dia prihatin bahwa pihak berwenang tidak cukup memperhatikan bukti saat mereka menetapkan kebijakan.

"Kebijakan harus didasarkan pada bukti dan bukan sebaliknya. Saya khawatir sains tidak diperhitungkan untuk mendorong kebijakan. Tapi saya tahu di mana yurisdiksi saya berhenti. Sebagai ilmuwan, kami memberikan bukti, pembuatan kebijakan adalah tugas pemerintah," katanya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x