“Mutasi baru muncul setiap hari. Terkadang mereka menemukan ceruk yang membuat mereka lebih cocok dari pendahulunya,” kata Gregg Gonsalves, profesor epidemiologi di Universitas Yale, dalam sebuah pernyataan yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian, Selasa, 30 Maret 2021.
“Varian yang beruntung ini dapat menularkan secara lebih efisien dan berpotensi menghindari tanggapan kekebalan terhadap jenis sebelumnya,” imbuhnya.
"Kecuali jika kita memvaksinasi dunia, kita membiarkan lapangan bermain terbuka untuk lebih banyak mutasi, yang dapat menghasilkan varian yang dapat menghindari vaksin kita saat ini dan memerlukan suntikan penguat untuk mengatasinya," jelas Gregg Gonsalves lagi.
Vaksin Covid-19 saat ini yang telah menerima otorisasi darurat di berbagai belahan dunia merupakan campuran dari teknologi lama dan baru.
Baca Juga: Hubungan AS dan Korea Utara Kian Memanas, Joe Biden Tak Berniat untuk Temui Kim Jong Un
Yang menarik adalah pendekatan mRNA, yang digunakan oleh perusahaan Pfizer / BioNTech dan Moderna, yang dapat disesuaikan dengan cepat (dalam beberapa minggu atau bulan terakhir) untuk mengakomodasi varian baru. Namun, kendala produksi selalu menjadi masalah potensial.
Akan tetapi, vaksin Covid-19 tersebut tidak mungkin terjangkau oleh negara-negara miskin, mengingat rangkaian vaksin ini jauh lebih mahal dan memiliki persyaratan penyimpanan suhu yang relatif memberatkan.
Sementara itu, negara-negara kaya sumber daya seperti Inggris dan Amerika Serikat telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin Covdi-19 kepada lebih dari seperempat populasi mereka dan telah mengamankan ratusan juta pasokan.
Baca Juga: Mengejutkan! Sergio Aguero Tiba-Tiba Ucapkan Selamat Tinggal Manchester City