PR CIREBON — Mantan kapten tim nasional sepak bola Korea Selatan, Ki Sung-Yueng, diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap rekan satu timnya.
Namu, Ki Sung-Yueng membantah tuduhan itu.
Ki Sung-Yeung memberikan klarifikasi bahwa dirinya tidak pernah melakukan pelecehan seksual dan penyerangan fisik terhadap rekan setimnya sewaktu berada di sekolah dasar.
C2 Global, selaku agensi Ki Sung-Yueng mengatakan, gelandang klub K League 1 FC Seoul, tidak ada hubungannya sama sekali dengan kasus yang dijelaskan oleh para korban.
Agensi juga mengatakan, Ki Sung-Yueng akan mengambil tindakan hukum yang diperlukan sebagai tanggapan atas pencemaran nama baik yang ditimbulkan oleh tuduhan palsu.
Rabu pagi kemarin, Park Ji-hun, pengacara dari lembaga hukum Hyun Law yang berbasis di Seoul, mengeluarkan siaran pers yang merinci tuduhan yang diajukan oleh dua klien.
Keduanya satu tahun lebih muda dari pemain yang diduga, yang menurut Park, adalah "pemain bintang yang baru-baru ini bergabung dengan klub sepak bola terbesar di wilayah Seoul, Korea Selatan."
Deskripsi itu, seiringan dengan fakta yang menunjukan bahwa para pemain yang pernah bersekolah bareng di sebuah sekolah dasar di Provinsi Jeolla Selatan, dan dua tersangka pelaku duduk di bangku kelas enam pada tahun 2000. Seakan menghubungkan Ki Sung-Yueng dengan kasus tersebut.
Ki Sung-Yueng, yang kini berusia 32 tahun, bergabung kembali dengan FC Seoul bulan Juli lalu setelah menghabiskan lebih dari satu dekade bermain di luar negeri.
Menurut Park, pemain bintang yang tidak disebutkan namanya itu dan rekan satu timnya memaksa kedua korban untuk melakukan tindakan seksual pada mereka antara Januari dan Juni tahun 2000 silam.
Dan ketika para korban tidak menurut, kedua pemain yang lebih tua itu tanpa ampun memukuli mereka.
Dikatakan Park, pada waktu itu, semua pemain sepak bola sekolah diharuskan tinggal di asrama tim dan hanya diizinkan pulang pada akhir pekan.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 25 Februari 2021: Cancer, Leo, dan Virgo Persepsimu Tak Selalu Tepat
"Dua pemain yang lebih muda menjadi mangsa para pelaku ini karena mereka kecil dan mereka introvert," kata pengacara itu dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Korea Times.
"Sekitar 20 tahun setelah itu, mereka masih memiliki ingatan yang jelas tentang apa yang terjadi saat itu, dan mereka masih trauma dengan ingatan itu," imbuhnya.
Menurut pengacara, keduanya memiliki karir profesional yang pendek dan saat ini mengajar di sebuah universitas di daerah Gwangju sebagai profesor tambahan.
Baca Juga: Singgung Publik Soal Banjir di Jakarta dan Semarang, Musni Umar: Saya Duga Karena Kebencian Teologis
Salah satu korban yang diduga bermain delapan musim profesional sebelum pensiun beberapa tahun lalu, dan yang lainnya bekerja sebagai agen, tambah Park.
"Pertama dan terpenting, para korban menginginkan permintaan maaf yang tulus. Karena merasa terluka yang menimpa mereka telah berdampak serius pada kehidupan mereka," ujar Park.
Park mengakui akan sulit menyelesaikan kasus ini melalui gugatan pidana, karena kedua tersangka pelaku masih di bawah umur ketika dugaan insiden terjadi dan undang-undang pembatasan telah berakhir.
Tetapi, pengacara mengatakan, ia masih memutuskan untuk membuat tuduhan ini terbuka karena dua kliennya membuat klaim yang sangat spesifik.
Sampai mereka dapat mengingat tanggal pasti ketika mereka diminta untuk melakukan tindakan seksual.
Tuduhan ini muncul di tengah banjir tuduhan bullying terhadap pemain bola voli dan bisbol profesional di negara Korea Selatan.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 25 Februari 2021: Aries, Taurus, dan Gemini Banyak Kenangan yang Hadir
Awal bulan ini, empat pemain bola voli, termasuk saudara kembar populer, Lee Jae-yeong dan Lee Da-yeong, diskors tanpa batas waktu oleh klub V-League.
Diskors itu dikeluarkan setelah mereka mengakui tuduhan bahwa mereka telah menindas rekan satu tim di sekolah menengah dan sekolah menengah.
Seorang pemain bola voli lainnya, Park Sang-ha, tiba-tiba pensiun pada hari Senin ketika dihadapkan pada tuduhan intimidasi.***