Covid-19 Jadi Pukulan Telak Industri Hiburan K-Pop, 30 Agensi Tutup dan Banyak Grup Tak Jadi Debut

18 September 2020, 13:49 WIB
Ilustrasi Grup K-Pop.* //Soompi

PR CIREBON - Segmen berita Channel A baru-baru ini mengungkapkan bahwa sejak Maret 2020, ketika jumlah kasus virus Corona mulai melonjak di Korea Selatan, grup idola pemula dan agensi hiburan K-Pop yang lebih kecil telah merugi dan bangkrut.

Dalam wawancara yang ditayangkan, anggota grup Black Swan yan akan segera debut berbagi kesusahan yang mereka alami, sejak debut mereka dibatalkan pada awal 2020 lalu.

"Kami merasa seperti berdiri di tepi jurang," ujar Yeongheun, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Koreaboo.

Baca Juga: Penugasan Luhut Urus Covid-19 Diragukan, Ahli Epidemiologi: Ngerti Merintah, Dia Kan Tentara

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa ia dan grupnya telah mempersiapkan debut selama satu tahun dan enam bulan.

"Tetapi dengan penyebaran Covid-19, kami menunda debut kami. Kami tidak bisa melakukan banyak hal lain sekarang… kecuali menunggu sambil berlatih," ujarnya.

Sementara itu, anggota lain, Leia mengungkapkan bahwa ia merasa frustrasi karena tidak dapat mengirim uang untuk keluarganya di Brasil.

Baca Juga: Populer dan Penuh Adegan Ikonik, Berikut 7 Rekomendasi Film Korea yang Layak Masuk Watchlist

Segmen tersebut kemudian menunjukkan, bahwa kekurangan pekerjaan yang kemudian tidak menghasilkan pendapatan, secara aktif dapat mengancam kehidupan para idola ini.

"Kami tidak bisa berhenti sekarang karena ini adalah seluruh karir kami. Kami tidak tahu bagaimana melakukan hal lain. Kita harus berhasil dalam bidang pekerjaan ini karena kita benar-benar tidak punya yang lain. Kami hanya tahu cara bernyanyi dan menari," ujar Hyeme.

Sementara itu, Covid-19 yang telah merebak di seluruh negeri ginseng telah menyulitkan banyak orang, tak hanya idol tapi juga agensi hiburan yang lebih kecil, seperti tempat Black Swan bernaung, yaitu DR Music Entertainment.

Baca Juga: Kesan Hukum Indonesia Buruk di Mata Masyarakat, Mahfud MD: Presiden Tidak Bisa Melakukan Apa-apa

"Menurut saya 99 persen agensi kecil seperti kita di ambang bangkrut. Ini perjuangan bertahan hidup setiap hari. Menjaga agar perusahaan tetap bertahan biayanya ₩ 20.000.000 - 30.000.000 KRW (Rp253 juta-Rp380 juta) sebulan. Tidak ada yang mampu membelinya sekarang," ujar DR Music Entertainment.

Untuk agensi-agensi kecil, yang pendapatannya didistribusikan ke idol mereka sangat bergantung pada pemesanan pertunjukan, pembatalan semua acara sosial yang disebabkan pandemi perlahan telah menghancurkan perusahaan.

"Kami pemula, jadi penampilan sangat penting bagi kami untuk mendapatkan pengakuan awal itu. Tapi kami memiliki setidaknya 30 pertunjukan dibatalkan ... Kami hanya bisa berharap grup dan agensi kami bertahan dalam periode ini," ujar anggota ICU, Abin.

Baca Juga: Sudah Lengkap, Berkas Perkara Jaksa Pinangki Resmi Dilimpahkan ke PN Tipikor

Kabar tersebut terungkap sejak Maret 2020, setidaknya 34 agensi hiburan dinyatakan gulung tikar.

Perusahaan yang tetap buka telah memberhentikan sebagian besar aktivitas mereka, jika tidak semua karyawan akan mengalami pemangkasan biaya.

"Saya dulu memiliki staf penuh manajer dan stylist. Sekarang saya mengurus semuanya sendiri. Saya mencoba untuk memotong biaya jika saya bisa. Saya juga kehilangan kantor saya. Saya hanya mampu menjalankan satu ruang latihan," ujar CEO Agensi.

Baca Juga: Dicekal Pergi ke Luar Negeri, Bambang Trihatmodjo Ternyata Miliki Utang pada Negara

Sayangnya, menurut segmen berita, industri K-Pop juga mengalami 'kekurangan bantuan dari pemerintah Korea', padahal Hallyu Wave yang menyebar ke seluruh dunia menjadi salah satu pendapatan terbesar negeri ginseng itu.

Beberapa agensi hiburan berpendapat bahwa dukungan keuangan Covid-19 pemerintah untuk seni telah didistribusikan secara tidak adil - dengan banyak dana mengalir ke teater dan seni pertunjukan.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Koreaboo

Tags

Terkini

Terpopuler