Patung Pemimpin Konfederasi Berusaha Dirobohkan, Trump: Pengunjuk Rasa Berupaya Hapus Sejarah AS

4 Juli 2020, 19:25 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.* /Reuters/

PR CIREBON - Presiden Donald Trump mencerca gerombolan yang mencoba merobohkan patung-patung pemimpin Konfederasi dan tokoh sejarah lain, serta menyebut pengunjuk rasa berusaha menghapus sejarah Amerika Serikat.

Ketika pada Jumat, 3 Juli 2020 berbicara di Mount Rushmore, yang terkenal dengan pahatan empat mantan presiden AS, Trump memperingatkan bahwa aksi unjuk rasa atas kesenjangan ras di kalangan masyarakat Amerika telah mengancam fondasi sistem politik AS.

"Jangan salah, revolusi budaya sayap kiri ini dirancang untuk menggulingkan revolusi Amerika. Anak-anak kita diajari di sekolah untuk membenci negara mereka sendiri," kata Trump dalam acara peringatan Hari Kemerdekaan AS, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Baca Juga: Belanja Kosmetik Tak Terhalang Virus Corona, Korea Selatan Sediakan Cermin AR untuk Mencoba Tester

Acara itu dipadati sekira 7.500 orang, yang banyak di antaranya tidak memakai masker dan melanggar imbauan pejabat kesehatan setempat untuk menghindari pertemuan besar guna memperlambat penyebaran Covid-19.

Dalam kerusuhan nasional setelah kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal dalam tahanan polisi di Minneapolis, pengunjuk rasa di beberapa kota telah merusak patung-patung para jenderal Konfederasi yang memimpin pemberontakan terhadap pemerintah AS selama perang saudara tahun 1861-1865.

Para pengunjuk rasa dalam satu kesempatan gagal merobohkan patung Presiden AS Andrew Jackson, yang terletak di luar Gedung Putih. Jackson, yang dikenal karena kebijakan populisnya, memiliki budak dan membuat ribuan penduduk asli Amerika terusir dari tanah mereka.

Baca Juga: Twitter Pertimbangkan Opsi Edit pada Cuitan, Berlaku Apabila Semua Orang di Dunia Memakai Masker

 

"Massa yang marah mencoba merobohkan patung-patung pendiri kita, merusak tugu peringatan yang paling suci, dan melepaskan gelombang kejahatan dengan kekerasan di kota-kota kita," kata Trump.

Trump telah menentang usulan untuk mengganti nama pangkalan militer AS yang berasal dari nama salah satu jenderal Konfederasi. Ia menjanjikan hukuman keras bagi orang yang merusak patung.

Acara di Mount Rushmore bukan merupakan kampanye resmi. Tetapi, pernyataan Trump menyentuh tema kampanye utama yang dimaksudkan untuk memperkuat basis politiknya menjelang pemilihan 3 November mendatang.

Baca Juga: Rumah Pasutri Positif Covid-19 di Cirebon Kena 'Batasan Akses', Ketua RW: Biar Mereka Tak Keluar

"Ada fasisme paling kiri baru yang menuntut kesetiaan absolut. Jika Anda tidak berbicara bahasa, melakukan ritual, melafalkan mantra-mantra, dan mengikuti perintah-perintahnya maka Anda akan disensor, dibuang, dimasukkan dalam daftar hitam, dianiaya, dan dihukum. Tidak akan terjadi pada kita," kata Trump.

Sementara itu, sejumlah penduduk asli Amerika yang berunjuk rasa ditangkap setelah memblokir jalan menuju Mount Rushmore di Dakota Selatan, menurut video yang disiarkan langsung di media sosial.

Mereka mengkritik kunjungan Trump karena meningkatkan risiko penyebaran Covid-19 dan merayakan kemerdekaan AS di wilayah yang dianggap suci bagi mereka.

Baca Juga: Pelajar AS Berpesta Tantang Covid-19, Anggota Dewan: Sudah Terlanjur, Kami Hanya Bisa Menunggu

Acara itu diselenggarakan ketika tujuh negara bagian AS mencatat rekor jumlah kasus baru Covid-19, yang telah menjangkau lingkaran dalam Trump.

Kimberly Guilfoyle, pejabat senior kampanye sekaligus pacar Donald Trump Jr, putra Trump, sebelum acara dinyatakan positif Covid-19 di Dakota Selatan, dan Trump Jr dinyatakan negatif corona.

Presiden Trump akan mengadakan perayaan lain tepat pada Sabtu, 4 Juli, di Washington.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler