Kisah Ironi Kasus Kematian Perdana Menteri Swedia, dari Tertunda 34 Tahun hingga Pelaku Telah Wafat

11 Juni 2020, 16:10 WIB
POLITISI Swedia Olof Palme membuat tanda kemenangan setelah kemenangan pemilihan Sosial Demokrat, 19 September 1982. Foto diambil pada 19 September 1982.* // TT News Agency/Bertil Ericson via REUTERS

PR CIREBON - Kasus kematian yang menimpa Perdana Menteri Swedia, cukup ironis untuk jadi sorotan di masa kini.

Olof Palme dikenal sebagai Perdana Menteri Swedia yang harus meregang nyawa dengan tertembak di pusat Kota Stockholm pada tahun 1986 usai mengunjungi bioskop bersama istri dan anaknya.

Kasus kematiannya tumbuh menjadi misteri dengan beragam teori konspirasi yang melibatkan sejumlah pihak karena pelakunya tak kunjung tertangkap. Dimulai dari CIA atau badan intelijen milik AS, kelompok separatis Kurdi, hingga pasukan keamanan Afrika Selatan.

Baca Juga: Tolak Klaim Nine Dash Line Tiongkok atas Natuna, DPR: Tak Ada Kompromi terkait Kedaulatan NKRI

Hingga 34 tahun berlalu, kasus itu baru diangkat kembali di Juni 2020 dengan penyidik menyatakan bahwa pelakunya adalah seorang perancang grafis, Stig Engstrom.

Selama puluhan tahun, Engstrom telah lama diduga sebagai pelaku kejahatan itu karena diketahui berada di lokasi saat peristiwa penembakan terjadi.

Bahkan, Engstrom juga telah berulang kali dimintai keterangan oleh polisi, tetapi selalu berhasil dikeluarkan dari proses penyidikan hingga dia meninggal pada tahun 2000 silam.

Baca Juga: Kecam WHO usai Sebut OTG Tak Sebarkan Virus Corona, Ilmuwan AS: OTG Punya Peluang Penularan Sama

Melansir dari Reuters, pada akhirnya, kasus ini menjadi ironis karena sudah harus tertahan selama 34 tahun dan ditutup secara resmi pada Rabu, 10 Juni 2020 akibat pelaku telah lebih dulu meninggal.

"Pelakunya adalah Stig Engstrom. Karena tersangka telah meninggal dunia, maka saya tidak dapat menuntut hukuman terhadapnya dan dengan ini memutuskan untuk menutup penyidikan," ungkap Jaksa Penuntut Krister Petersson yang memimpin penyidikan kasus itu sejak 2017 lalu.

Lebih lanjut, Jaksa Petersson menjelaskan bahwa sejumlah pernyataan saksi mata menyatakan Engstrom adalah si pembunuh, tetapi para saksi mata juga menyanggah pernyataan Engstrom soal pergerakannya di lokasi kejadian.

Baca Juga: Berhasil Ungkap Kota Kuno Berusia 2000 Tahun, Arkeolog Sebut Teknologi GPR Jadi Arah Baru Penelitian

Kemudian, anggota keluarga Engstrom berulang kali membantah tuduhan itu, dengan lansiran surat kabar Expressen yang menyebutkan, istri Engstrom justru menggambarkan mendiang suaminya sebagai orang yang terlalu canggung untuk bisa melakukan penembakan.

Namun berdasarkan pernyataan resmi tim investigasi, Engstrom disebut sebagai pembunuh tunggal tanpa kaitan politik tertentu. Hal itu secara otomatis membantah sejumlah teori konspirasi yang melingkupi kasus penembakan Palme.

Sementara itu, Palme merupakan seorang politikus Swedia yang sukses memimpin Partai Sosial Demokrat Swedia selama beberapa dekade dan menjabat sebagai perdana menteri dalam dua periode.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Beredar Foto Presiden Donald Trump Tanpa Busana yang Mendapatkan Semprotan

Ia pun dikenal sebagai salah satu perancang konsep negara kesejahteraan ala Skandinavia, pengkritik AS maupun Uni Soviet pada masa Perang Dingin dan sebagian masyarakat menganggapnya sebagai bapak bangsa Swedia modern.

Dalam jabatannya sebagai perdana menteri, ia diamanatkan dua periode jabatan, yakni periode tahun 1969 hingga 1976 dan periode tahun 1982 hingga 1986 saat ia meninggal dunia akibat tembakan tersebut.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: REUTERS Express

Tags

Terkini

Terpopuler