Dampak Virus Corona, Ribuan Warga di Negara Terkaya pun Antre dari Pagi demi Seporsi Makanan Gratis

11 Mei 2020, 03:50 WIB
SUKARELAWAN memberikan tas berisi bahan kebutuhan pokok sumbangan dari donatur bagi para warga yang terdampak wabah virus corona di Gelanggang Olahraga Ice Skating Vernets, Jenewa, Swiss, Sabtu (9/5/2020).* //REUTERS

PIKIRAN RAKYAT - Lebih dari 1000 orang mengantri pada Sabtu, 9 Mei 2020 untuk mendapatkan paket makanan gratis di Jenewa, Swiss. 

Tampaknya pandemi virus corona ini masih banyak pekerja miskin dan imigran tak yang tak memiliki dokumen resmi, yang kini sangat membutuhkan bantuan bahkan di negara Swiss yang ada di deretan negara terkaya.

Orang-orang mengantre sepanjang 1 km di luar arena es saat sukarelawan membagikan 1.200 parsel dari pukul 5 pagi.

Baca Juga: Rekaman Percakapan Obama Bocor, Singgung Keras Donald Trump dan Sebut Penanganan Covid-19 Kacau

"Di akhir bulan, dompet saya kosong. Kami harus membayar tagihan, asuransi, semuanya," ujar salah satu warga Jenewa daari Nikaragua, Ingrid Berala yang bekerja paruh waktu.

Di negara berpenduduk hampir 8,7 itu, maasih ada 660.000 orang di Swiss yang mengalami kemiskinan pada tahun 2018.

Banyak juga orang tua serta orang yang berpendidikan rendah yang tak bisa menemukan pekerjaan setelah kehilangan pekerjaan lain.

Lebih dari 1,1 juta orang yang berada di risiko kemiskinan.

Baca Juga: Sampai Kapan Fatwa soal Ibadah di Rumah Berlaku? MUI Masih Tunggu Ketegasan Pemerintah

“Kami memiliki orang-orang yang menangis yang mengatakan 'Tidak mungkin hal itu terjadi di negara saya'. Tapi itu ada di sini dan mungkin COVID-19 jusru yang membongkar informasi (kemiskinan) ini. Kita akan dapat mengambil tindakan untuk mendukung semua pekerja ini, karena mereka adalah pekerja di atas segalanya.”

Patrick Wieland, kepala misi untuk kelompok Dokter Tanpa Batas, mengatakan sebuah survei pekan lalu menunjukkan bahwa lebih dari setengah penerima makanan yang diwawancarai tidak memiliki dokumen sah untuk tinggal di Swiss.

“Di Jenewa, salah satu kota terkaya di dunia, selalu ada orang yang hidup tidak pasti, terutama semua orang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, di bidang pertanian, di lokasi konstruksi atau di hotel, dan mereka menemukan diri mereka bermalam tanpa pekerjaan karena COVID-19,” kata Wieland.

Baca Juga: Soal Eksploitasi WNI di Kapal Tiongkok, Ketua MPR ke Kemenlu: Lamban dan Minimalis

Seorang imigran ilegal yang menyebut dirinya Fernando mengatakan bahwa dia kehilangan pekerjaan restorannya selama krisis dan tidak mendapat bayaran.

"Saya sangat berterima kasih menerima bantuan ini dan jika situasinya berubah untuk saya, saya berkomitmen untuk melakukan hal yang sama yang mereka lakukan untuk saya," katanya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler