Payudara Seorang Remaja Keluarkan ASI, Dikira Hamil Ternyata Ini Sebabnya

20 Oktober 2021, 13:20 WIB
Ilustrasi. Berikut penyebab seorang remaja mengeluarkan ASI yang dikiranya hamil ternyata penybabnya bukan itu. /Pixabay

PR CIREBON - Seorang remaja di Inggris mengatakan bahwa payudaranya yang mengeluarkan ASI ternyata salah satu gejala tumor otak.

Pada tahun 2011, Jessica Buck yang saat itu berusia 18 tahun mengira dirinya hamil dan memiliki anak karena payudaranya mengeluarkan ASI.

Tapi ternyata, air susu ibu yang bocor yang dia temukan berasal dari tubuhnya sendiri ternyata menandakan kenyataan yang jauh lebih mengerikan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Berencana Indonesia Hentikan Ekspor Komoditas Mentah Disorot Media Asing, Ini Sebabnya

Onset laktasinya yang tiba-tiba, pada kenyataannya, bukanlah akibat dari hubungan seks tanpa kondom, tetapi lebih merupakan salah satu dari banyak gejala tumor otak yang baru saja dia alami.

Wanita Inggris yang sekarang berusia 24 tahun itu, bercerita soal pengalamannya.

"Saya harus memasukkan tisu ke dalam bra saya. Saya bekerja paruh waktu sebagai asisten ritel dan terus pergi ke kamar mandi, menyadari bahwa bra saya basah," tuturnya.

Baca Juga: Putra Mahkota UEA Undang Naftali Bennett untuk Berkunjung ke Dubai, Ada Apa?

"Ada cairan putih susu yang keluar dari payudara saya. Saya pikir itu kondisi yang terjadi pada ibu hamil," sambungnya.

Setelah menjalani beberapa tes, MRI mengungkapkan ada tumor seukuran kacang polong, untungnya non-kanker di kelenjar pituitarinya.

Kelenjar pituitari sering disebut sebagai "kelenjar utama" tubuh kita, "karena hormonnya mengontrol bagian lain dari sistem endokrin, yaitu kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium, dan testis."

Baca Juga: 3 Zodiak Ini Memiliki Pemikiran yang Kreatif, Salah Satunya Scorpio

Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional AS menjelaskan,

"Kelenjar pituitari mengontrol fungsi tubuh yang penting dan sistem hormonal. Ini adalah tonjolan di dasar otak dan seukuran kacang polong yang terlindung dengan baik di rongga kecil tulang tengkorak, sejajar dengan hidung, dan di tengah kepala," tutur pihak Kedokteran Nasional AS.

Kelenjar pituitari juga menghasilkan serangkaian hormon yang mengontrol sebagian besar kelenjar hormon lain dalam tubuh atau memiliki efek langsung pada organ tertentu.

Baca Juga: Kenali 6 Jenis Diet untuk Mencegah Risiko Penyakit Jantung, dari Vegan sampai Vegetarian

Tumor yang dialami Jessica memberi sinyal pada tubuhnya untuk memproduksi hormon yang disebut prolaktin secara berlebihan, yang bertanggung jawab untuk produksi susu di payudara wanita setelah melahirkan.

Setelah didiagnosis, Jessica diberi pilihan untuk menjalani operasi pengangkatan tumor atau minum obat untuk mengurangi ukuran pertumbuhan dan mengendalikan gejala, yang juga termasuk kelelahan, pusing, dan sakit kepala.

Dia memilih untuk mencoba pengobatan dan mulai mengonsumsi Cabergoline, yang menghalangi sekresi prolaktin dari kelenjar pituitari dan, dengan cepat, gejalanya menjadi lebih terkontrol.

Baca Juga: 3 Zodiak yang Akan Meresmikan Hubungannya Mulai 20 Oktober 2021, Salah Satunya Libra

Dia mencoba menghentikan intervensi obat pada tahun 2015, tetapi setelah gejalanya kembali dan tumor mulai tumbuh lagi, dia memulai kembali rejimennya.

Dia memang memiliki kekhawatiran yang berkelanjutan untuk kesuburannya di masa depan.

"Saya diberitahu bahwa prolaktinoma dapat menyebabkan masalah kesuburan. Saya masih sangat muda ketika saya didiagnosis bahwa bayi tidak akan ada di rahim saya, tetapi saya selalu ingin menjadi seorang ibu," ucap remaja tersebut.

Baca Juga: Kenali 6 Jenis Diet untuk Mencegah Risiko Penyakit Jantung, dari Vegan sampai Vegetarian

Ada beberapa jenis tumor otak, baik kanker maupun non-kanker, yang harus diwaspadai.

Beberapa tanda dan gejala yang paling umum diantaranya:

- Sakit kepala (biasanya lebih buruk di pagi hari)

- Mual dan muntah

Baca Juga: 3 Zodiak yang Akan Meresmikan Hubungannya Mulai 20 Oktober 2021, Salah Satunya Libra

- Perubahan dalam bicara, penglihatan, atau pendengaran

- Masalah keseimbangan atau berjalan

- Perubahan suasana hati, kepribadian, atau kemampuan untuk berkonsentrasi
Masalah dengan memori

- Otot menyentak atau berkedut (kejang atau kejang)

- Mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki.***

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: Your Tango

Tags

Terkini

Terpopuler