Pentagon: AS Berhasil Menguji Senjata Hipersonik yang Miliki Kecepatan 5 Kali Lebih Cepat dari Suara

28 September 2021, 15:15 WIB
Ilustrasi. Pentagon menuturkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah berhasil melakukan uji coba terhadap senjata hipersonik. /Pixabay/SpaceX-Imagery

PR CIREBON- Pada Senin, 27 September 2021, Pentagon mengatakan Amerika Serikat (AS) telah menguji senjata hipersonik pernapasan udara yang mampu melaju lebih cepat dari lima kali kecepatan suara.

Hal ini, diungkapkan Pentagon menandai uji coba AS pertama yang berhasil dari kelas senjata tersebut sejak 2013.

Uji coba tersebut dilakukan saat AS dan para pesaing globalnya mempercepat langkah mereka untuk membuat senjata hipersonik generasi berikutnya yang merampas waktu reaksi dan mekanisme kekalahan tradisional musuh.

Baca Juga: Sang Suami Berhasil Menyabet Piala Aktor Terpopuler, Begini Tanggapan Putri Anne pada Kesuksesan Arya Saloka

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Reuters, pada Juli lalu, Rusia mengatakan telah berhasil menguji rudal jelajah hipersonik Tsirkon (Zirkon), senjata yang oleh Vladimir Putin disebut sebagai bagian dari sistem rudal generasi baru yang tak tertandingi di dunia.

Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa uji terbang gratis dari Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) itu terjadi minggu lalu.

"Ini membawa kita selangkah lebih dekat untuk mentransisikan HAWC ke program rekor yang menawarkan kemampuan generasi berikutnya untuk militer AS," kata Andrew Knoedler, manajer program HAWC di Kantor Teknologi Taktis DARPA.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Penonton PON XX Papua 2021? Simak Protokol Kesehatan yang Wajib Diterapkan di Dalam Venue

"Kami sedang mempersiapkan kendaraan kami berikutnya dan bekerja menuju tes penerbangan tambahan di akhir tahun ini," sambungnya kepada Reuters.

Diketahui, senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer (3.853 mil) per jam.

"Rudal itu, yang dibuat oleh Raytheon Technologies, dilepaskan dari pesawat beberapa detik sebelum mesin scramjet (ramjet pembakaran supersonik) Northrop Grumman menyala," kata DARPA.

Baca Juga: Jawab Pernyataan Rizal Ramli Soal Mewakafkan Hidup untuk Indonesia, Ferdinand Hutahaean: Kau Tak Bisa Apa-apa!

Sementara itu, presiden unit bisnis Pertahanan Rudal Raytheon, Wes Kremer menuturkan  DoD (Departemen Pertahanan) telah mengidentifikasi senjata hipersonik dan kemampuan kontra-hipersonik sebagai prioritas teknis tertinggi untuk keamanan negara AS.

"Amerika Serikat, dan sekutu kami, harus memiliki kemampuan untuk menghalangi penggunaan senjata ini dan kemampuan untuk mengalahkan mereka," imbuhnya.

Adapun, analis di Pusat Studi Strategis dan Internasional, Tom Karako mengatakan kepada Reuters bahwa investasi dalam serangan hipersonik telah mulai membuahkan hasil, ini menjawab kemajuan yang telah dibuat oleh negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok.

Baca Juga: Ramalan Hari Keberuntungan Zodiak Aries, Gemini, Taurus, dan Libra pada Minggu Ini, hingga 2 Oktober 2021

Pada 2019, Raytheon bekerja sama dengan Northrop Grumman untuk mengembangkan dan memproduksi mesin untuk senjata hipersonik.

Teknologi mesin scramjet Northrop menggunakan kecepatan tinggi kendaraan untuk secara paksa memampatkan udara yang masuk sebelum pembakaran untuk memungkinkan penerbangan berkelanjutan pada kecepatan hipersonik.

"Kendaraan HAWC beroperasi paling baik di atmosfer yang kaya oksigen, di mana kecepatan dan kemampuan manuver membuatnya sulit untuk dideteksi secara tepat waktu," kata DARPA dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Sabet Penghargaan 'Public Figure Inspiratif Terpopuler' di ITA 2021, Atta Halilintar: Rezeki Baby AH

"Itu bisa menyerang target jauh lebih cepat daripada rudal subsonik dan memiliki energi kinetik yang signifikan bahkan tanpa bahan peledak tinggi," imbuhnya.

Sementara itu, Olson, wakil presiden Divisi Sistem Senjata Northrop Grumman, mengatakan belajar puluhan tahun teknik manufaktur maju dan kemitraan industri membantu kami menentukan apa yang sekarang mungkin.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler