Berikan Ultimatum Agar Israel Tinggalkan Wilayah Palestina, Mahmoud Abbas Ancam akan Lakukan Ini

26 September 2021, 08:15 WIB
Presiden Palestina Mahmoud Abbas memberi ultimatum pada Israel untuk meninggalkan wilayah Palestina, sekaligus memberi ancaman ini. /REUTERS/Alex Brandon.

PR CIREBON – Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan dirinya memberi Israel waktu selama satu tahun untuk menarik diri dari wilayah yang diduduki.

Mahmoud Abbas juga mengancam akan menarik pengakuan negaranya terhadap Israel jika gagal melakukannya.

Dalam pidato virtual kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA), Mahmoud Abbas mengatakan dia tidak akan lagi mengakui Israel berdasarkan perbatasan pra-1967.

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini, Minggu 26 September 2021: Trans TV, SCTV, NET TV, dan TVRI

Hal itu akan dilakukannya jika mereka menolak untuk menarik diri dari wilayah Palestina.

“Kita harus menyatakan bahwa Israel, kekuatan pendudukan, memiliki waktu satu tahun untuk menarik diri dari wilayah Palestina yang didudukinya pada tahun 1967, termasuk Yerusalem Timur,” kata Mahmoud Abbas, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

“Jika ini tidak tercapai, mengapa mempertahankan pengakuan Israel berdasarkan perbatasan tahun 1967?” ia melanjutkan.

Baca Juga: Berikut Kode Redeem ML 'Mobile Legends' Hari Ini 26 September 2021: Ada Hadiah Menarik Menanti

Pemimpin Palestina itu juga meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengadakan konferensi perdamaian internasional.

Selain itu, ia berharap PBB menyatakan kesediaannya untuk bekerja sepanjang tahun dalam menyelesaikan status akhir negara Israel dan Palestina sesuai dengan resolusi PBB.

Mahmoud Abbas menuduh Israel melakukan apartheid dan pembersihan etnis, menggunakan istilah yang jarang digunakan demi negosiasi yang sedang berlangsung tentang solusi dua negara.

Baca Juga: Heran Kulit Hitamnya Disebut Dekil, Dikta: Dunia Gue Hidup Udah Global Warming

Dia menambahkan bahwa Palestina siap untuk pergi ke Mahkamah Internasional mengenai masalah legalitas pendudukan tanah negara Palestina.

Israel telah menepis tuntutan pemimpin Palestina itu. Gilad Erdan, duta besar Israel untuk PBB, mengatakan mereka yang benar-benar mendukung perdamaian dan negosiasi tidak mengancam ultimatum delusi dari platform PBB seperti yang dia lakukan dalam pidatonya.

Erdan mengatakan pidato Abbas telah membuktikan sekali lagi bahwa dia tidak lagi relevan.

Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Resmi Digantikan 6 Perempuan Milenial: Mereka akan Duduk Sebagai Pimpinan Sehari

Proses perdamaian untuk mencapai solusi dua negara telah menemui jalan buntu selama bertahun-tahun.

Palestina mengatakan proposal Israel akan gagal memberi mereka status negara penuh atau menyelesaikan masalah inti lainnya, termasuk nasib pengungsi Palestina dan status Yerusalem.

Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza dalam perang 1967 dan tidak mengakhiri pendudukan ilegalnya atas wilayah yang direbut, yang diinginkan Palestina untuk negara masa depan mereka.

Baca Juga: Ekonomi Negara Terancam Hilang, Vanuatu Serukan PBB Beri Solusi Konkrit Soal Perubahan Iklim

Pengakuan Palestina atas Israel telah menjadi dasar dari perjanjian Oslo 1993, sebuah momen penting dalam mengejar perdamaian antara kedua belah pihak.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menentang pembentukan negara Palestina bersama Israel, yang secara luas dilihat oleh masyarakat internasional sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik.

Abbas telah menghadapi serangan balasan di negaranya sendiri.

Baca Juga: Bahas Kelaziman, Ahmad Dhani Singgung Saipul Jamil dan Pengalaman di Penjara

Orang-orang Palestina yang frustrasi dengan pemerintahannya yang lama dan semakin otoriter, serta kerja sama keamanan dengan Israel telah melakukan protes setelah kematian seorang kritikus vokal terhadap Otoritas Palestina saat berada dalam tahanannya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler