PR CIREBON - Seorang ibu asal Singapura terkejut ketika mengetahui bahwa putranya telah mencuri SGD4.000 (sekitar Rp42 juta) dalam rentang waktu tiga bulan.
Uang tersebut dicuri oleh anaknya yang baru berusia 11 tahun, yang ternyata kencauan bermain game.
Tak hanya membelanjakan terkait game, uang itu juga digunakan untuk mentraktir teman-temannya.
Baca Juga: Robert Alberts Punya Modal Bagus bagi Persib Bandung, Supardi dkk Siap Gempur Borneo FC
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari World of Buzz, Shin Min Daily News melaporkan bahwa seorang wanita berusia 43 tahun bernama Linda mengatakan bahwa dia tahu ada sesuatu yang salah ketika putranya tidak meminta uang saku untuk sementara waktu.
Pada 12 September, Linda menjadi lebih curiga setelah menemukan 58 dolar di dalam dompet putranya.
Sang ibu melanjutkan untuk melakukan interogasi yang intens, dan anak laki-laki itu akhirnya mengakui bahwa dia telah mencuri uang dari dompetnya.
Baca Juga: 5 Zodiak Paling Sensitif dan Sangat Emosional, Hati-Hati dengan Pisces
Putranya juga mengaku uang itu dipergunakan untuk berbelanja secara royal dan membeli online gift card untuk menambah kredit game miliknya.
Ini sangat mengejutkan Linda karena putranya itu bahkan tidak memiliki ponsel sendiri.
Putranya hanya diperbolehkan menggunakan ponsel sepupunya selama dua jam setiap hari.
Baca Juga: Pamer Otot bersama Deddy Corbuzier, Sabrina Chairunnisa: Ditutupin Otot Hulk
“Saya memeriksa transaksi dan menemukan bahwa pada awalnya, dia mengisi ulang kredit dalam puluhan dolar, tetapi perlahan-lahan meningkat menjadi lebih dari 100 dolar. Kemudian pada hari tertentu, jumlahnya lebih dari 600 dolar,” kata Linda.
Secara total, antara Juli hingga September, anak berusia 11 tahun itu menghabiskan lebih dari 3.000 dolar untuk bermain game dan 500 dolar untuk makan bersama teman-temannya.
Itu setara dengan dua bulan pengeluaran rumah tangga Linda.
Baca Juga: Tukul Arwana Dilarikan ke RS Akibat Pendarahan Otak, Vega Darwanti: Teman-teman Mohon Doanya
Linda, yang memiliki salon rambut, berbagi bahwa dia biasanya akan mentransfer penghasilan hariannya dari salon rambut langsung ke dompetnya.
Dia tidak pernah sekalipun menyadari ada yang salah.
Saat dia merenungkan kejadian itu, dia memutuskan untuk menganggapnya sebagai pelajaran.
Dia berharap dengan berbagi pengalamannya, orang tua lain juga akan menyadari bahaya kecanduan game.***