PBB Sebut Penguncian Wilayah Akibat Covid-19 Perbaiki Kualitas Udara dan Turunkan Polusi

4 September 2021, 21:20 WIB
Ilustrasi lockdown - Penguncian wilayah atau lockdown yang diberlakukan beberapa negara karena Covid-19 ternyata mampu perbaiki kualitas udara dan polusi. //Pixabay/raedon//

PR CIREBON – Penguncian wilayah akibat pandemi Covid-19 dan pembatasan perjalanan menyebabkan peningkatan dramatis tetapi singkat dalam kualitas udara dan penurunan polusi.

Hal itu diutarakan oleh PBB, yang juga memperingatkan bahwa tindakan tersebut bukan pengganti untuk jangka panjang.

Laporan baru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB menemukan bahwa pembatasan karena Covid-19 tahun lalu untuk sementara meningkatkan kualitas udara di sejumlah tempat.

Baca Juga: Taliban Sebut China Mitra Paling Penting karena Siap Bantu Bangun Afghanistan

Tempat yang mengalami kenaikan kualitas udara, terutama, adalah daerah perkotaan.

Akan tetapi, WMO juga mengatakan bahwa penguncian itu mendorong peningkatan beberapa polutan yang berbahaya bagi kesehatan dan berdampak tidak jelas pada perubahan iklim.

“Covid-19 terbukti menjadi eksperimen kualitas udara yang tidak direncanakan,” kata kepala WMO, Petteri Taalas, dalam sebuah pernyataan, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Cegah Taliban Akses Data Penting, Google Kunci Email Pemerintah Afghanistan

“Itu memang mengarah pada perbaikan kualitas udara lokal sementara,” tambahnya.

“Tetapi pandemi bukanlah pengganti untuk tindakan berkelanjutan dan sistematis untuk mengatasi pendorong utama polusi dan perubahan iklim yang dapat menjaga kesehatan manusia dan planet ini,” ia menegaskan.

Polusi udara, terutama yang melibatkan partikel kecil, sangat mempengaruhi kesehatan manusia dan dikaitkan dengan jutaan kematian setiap tahun.

Baca Juga: Coki Pardede Tertangkap Saat Mengonsumsi Sabu, Polisi Mulai Selidiki Kemungkinan Adanya Jaringan Komika

Laporan WMO didasarkan pada studi tentang bagaimana polutan udara utama tersebar di dalam dan sekitar puluhan kota di seluruh dunia.

Analisis menunjukkan penurunan hingga 40 persen dalam konsentrasi partikel kecil selama penguncian wilayah penuh dibandingkan dengan periode yang sama pada 2015-2019.

Data ini menandakan peningkatan kualitas udara, meskipun kualitasnya memburuk lagi ketika emisi meningkat kembali setelah penguncian wilayah.

Baca Juga: Jangan Sampai Keliru, 5 Buah Ini Justru Tak Boleh Dimasukkan dalam Kulkas

Dan laporan itu menyarankan situasinya lebih kompleks.

“Bahkan ketika emisi yang disebabkan manusia turun, cuaca ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim memicu badai pasir dan debu yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kebakaran hutan yang mempengaruhi kualitas udara,” kata WMO.

Saat penguncian wilayah memicu penurunan emisi gas rumah kaca seperti CO2 yang menghangatkan iklim, hal itu juga menghancurkan emisi partikel yang membantu mendinginkan atmosfer seperti yang mengandung belerang.

Baca Juga: Satgas Nemangkawi Menangkap Gigen Telenggeng yang Merupakan Pemasok Senjata Api KKB di Papua

“Mengatasi partikel sangat rumit,” kata Oksana Tarasovam kepala Divisi Penelitian Lingkungan Atmosfer WMO kepada wartawan di Jenewa.

“Kita harus mengurangi pendinginan dan pemanasan pada saat yang sama sehingga kita memiliki keseimbangan pada dampak iklim,” jelasnya.

WMO juga mencatat bahwa karena emisi yang disebabkan manusia telah turun di banyak tempat, telah terjadi peningkatan kadar ozon.

Baca Juga: Berharap Taliban Dapat Bersikap Terbuka untuk Komunikasi, Vladimir Putin: Semakin Cepat Berperilaku Beradab

Ozon di stratosfer memberikan perlindungan penting dari sinar ultraviolet penyebab kanker, tetapi yang lebih dekat ke tanah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh fakta bahwa sejumlah polutan yang dikeluarkan industri transportasi, seperti nitrogen oksida, merusak ozon di atmosfer.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler