Berbeda Pendapat Soal Asal Usul Covid-19, Intelijen AS Miliki 2 Hipotesis: yang Masuk Akal...

28 Agustus 2021, 12:30 WIB
Meskipun belum sampai pada kesimpulan jelas, intelijen AS mengajukan 2 hipotesis sama yang dinilai masuk akal soal asal usul Covid-19. /Pixabay

PR CIREBON – Usai menyerahkan laporan hasil penyelidikan pada Joe Biden, intelijen Amerika Serikat (AS)  tidak dapat menyepakati asal-usul virus Corona baru yang menyebabkan COVID-19.

Akan tetapi, ada kesepakatan antar intelijen bahwa para pejabat Tiongkok tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang Covid-19 sebelum wabah dimulai pada 2019.

Dalam upaya untuk menentukan dari mana virus penyebab Covid-19 berasal dan bagaimana penyebarannya, Presiden AS Joe Biden pada bulan Mei meminta badan-badan intelijen AS untuk menggali lebih jauh.

Baca Juga: Taliban Buat Klaim Mengejutkan tentang Serangan 9/11 di AS hingga Soal Osama bin Laden

“Namun, setelah memeriksa semua pelaporan intelijen yang tersedia dan informasi lainnya, intelijen tetap memiliki pendapat berbeda soal kemungkinan asal Covid-19,” berikut isi laporan yang dirilis oleh Direktur Intelijen Nasional.

“Semua lembaga menilai bahwa dua hipotesis yang masuk akal: paparan alami terhadap hewan yang terinfeksi dan insiden terkait laboratorium,” tulis laporan itu, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Itu adalah dua hipotesis sama yang telah digabungkan oleh komunitas intelijen AS awal tahun ini.

Baca Juga: Donald Trump: Serangan Kabul Tidak akan Terjadi Jika Saya Presiden AS

Joe Biden kemudian meminta lembaga itu untuk menggandakan upaya mereka mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dapat membawa lebih dekat ke kesimpulan yang pasti.

Menurut laporan itu, empat anggota komunitas intelijen AS mengatakan dengan keyakinan kecil bahwa virus itu awalnya ditularkan dari hewan ke manusia.

Sebuah badan intelijen kelima percaya dengan keyakinan sedang bahwa infeksi manusia pertama terkait dengan laboratorium. Analis tidak percaya virus itu dikembangkan sebagai senjata biologis.

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini, Sabtu 28 Agustus 2021: Trans TV, SCTV, NET TV, dan TVRI

Komunitas intelijen juga menyimpulkan bahwa pejabat Tiongkok tidak tahu tentang virus sebelum wabah Covid-19, tetapi mereka dan Joe Biden tetap mengkritik Beijing karena menghalangi penyelidikan asal virus.

“Informasi penting tentang asal mula pandemi ini ada di Republik Rakyat Tiongkok, namun sejak awal, pejabat pemerintah di Tiongkok telah bekerja untuk mencegah penyelidik internasional dan anggota komunitas kesehatan masyarakat global mengaksesnya,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.

“Hingga hari ini, RRT terus menolak seruan untuk transparansi dan menahan informasi, bahkan ketika jumlah korban pandemi ini terus meningkat,” tambahnya.

Baca Juga: Tiongkok Mengatakan Serangan di Kabul Menunjukkan Situasi Keamanan Afghanistan 'Parah'

Biden meminta Tiongkok untuk bekerja sama dengan penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang asal-usul virus, termasuk dengan menyediakan akses ke semua data dan bukti yang relevan.

Sebuah studi WHO sebelumnya yang dirilis pada bulan Maret menyimpulkan bahwa virus itu kemungkinan besar ditularkan dari kelelawar ke manusia dan sangat tidak mungkin bocor dari laboratorium China.

Namun 14 negara menyuarakan keprihatinan tentang laporan WHO, dengan alasan penundaan dan kurangnya akses penuh ke data.

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini, Sabtu 28 Agustus 2021: ANTV, Trans 7, dan TV One

Kepala WHO juga menyerukan penyelidikan lebih lanjut terhadap teori bahwa wabah itu adalah hasil dari kebocoran laboratorium. Tiongkok dengan tegas menolak tuduhan itu.

Kementerian luar negeri Tiongkok membalas penyelidikan AS sebelum rilis laporan tersebut.

Fu Cong, seorang direktur jenderal kementerian luar negeri, mengatakan bahwa mengkambinghitamkan Tiongkok tidak dapat menutupi kesalahan AS.

Baca Juga: Ungkap Kualitas Terbaik Dirimu Melalui Jalan yang Kamu Pilih! Salah Satunya Romantis

“Jika mereka ingin menuduh Tiongkok tanpa dasar, mereka lebih baik siap menerima serangan balik dari Tiongkok,” katanya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler