Pasca Serangan Udara yang Dilakukan Amerika Serikat , Irak Ancam Akan Balas Dendam

29 Juni 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi serangan udara/Setelah adanya serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat , Irak bersumpah dan mengancam akan melancarkan aksi balas dendam. /Pixabay/cocoparisienne

PR CIREBON - Mahmoud Abdelwahed dari Al Jazeera menggambarkan serangan Amerika Serikat terhadap Suriah dan Irak sebagai "signifikan".

Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF), sebuah kelompok payung yang mencakup brigade Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada, bersumpah akan membalas dendam pada Amerika Serikat.

“PMF mengatakan bahwa mereka akan menyerang fasilitas militer Amerika Serikat dengan rudal,” katanya yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Amerika Serikat Lakukan Serangan Udara di Irak dan Suriah, Milisi Ancam Akan Membalas

“Politisi yang berafiliasi dengan PMF juga telah men-tweet, mengatakan Amerika Serikat hanya mengerti bahasa kekerasan,” sambungnya.

Merujuk pada resolusi parlemen yang disetujui pada Januari tahun lalu, semua pasukan asing diserukan untuk meninggalkan negara itu setelah Amerika Serikat membunuh jenderal top Iran Qassem Soleimani.

“Kami juga tahu kelompok-kelompok ini menyalahkan Amerika Serikat karena tidak menarik diri dari Irak dan karena tidak melaksanakan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Irak,” paparnya. 

Baca Juga: Polda Papua Persiapkan Ribuan Pasukannya untuk Mengantisipasi Pergerakan KKB Menjelang 1 Juli dan PON

Amerika Serikat saat ini memiliki 2.500 tentara di Irak. Pasukan tersebut dikerahkan sebagai bagian dari koalisi internasional untuk memerangi sisa-sisa kelompok ISIL (ISIS).

Ada lebih dari 40 serangan terhadap kepentingan Amerika Serikat di Irak sejak awal tahun.

Sebagian besar adalah bom terhadap konvoi logistik, sementara 14 adalah serangan roket.

Baca Juga: Siswa SMA di Korea Selatan Dinyatakan Hilang Selama 1 Minggu, Polisi Akui Kebingungan, Begini Kisahnya

Dua pejabat AS, yang berbicara kepada kantor berita Reuters dengan syarat anonim.

Selain itu, milisi yang didukung Iran telah melakukan setidaknya lima serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas di Irak yang digunakan oleh AS dan personel koalisi sejak April.

Salah satu lokasi yang ditargetkan AS pada hari Minggu termasuk fasilitas yang digunakan untuk meluncurkan dan memulihkan drone, ungkap seorang pejabat pertahanan.

Baca Juga: Jarang Diketahui, Inilah 5 Manfaat Kulit Pisang untuk Tubuhmu

Militer AS menggunakan jet tempur F-15 dan F-16 dalam serangan udara dan mengatakan pilot kembali dengan selamat.

Serangan-serangan itu terjadi bahkan ketika pemerintahan Biden berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran, yang dikenal sebagai JCPOA.

Kritikus mengatakan Iran tidak dapat dipercaya dan telah menunjuk serangan pesawat tak berawak sebagai bukti lebih lanjut bahwa Iran dan proksinya tidak akan pernah menerima kehadiran militer AS di Irak atau Suriah.

Baca Juga: Beredar Berita Hoax Anang Hermansyah Meninggal Dunia, Aurel Hermansyah Geram hingga Berniat Cari Pelaku!

Joe Biden dan Gedung Putih menolak mengomentari serangan pada hari Minggu.

Lawrence Korb, mantan asisten menteri pertahanan AS, mengatakan serangan itu sangat pasti dapat dilihat sebagai pemberitahuan Joe Biden terhadap Iran ketika negosiasi terus memulai kembali kesepakatan nuklirnya dengan kekuatan dunia.

“Pertama kali dia menggunakan kekuatan militer sekitar sebulan setelah dia dilantik,” kata Korb kepada Al Jazeera.

Baca Juga: Kurang dari 1 Bulan Jelang Olimpiade di Tengah Pandemi, Berikut Peraturan yang Semakin Diperketat

“Saya pikir bukan kebetulan dia melakukannya untuk mengirim sinyal itu ke Iran. Fakta bahwa dia melakukannya sekarang ketika mereka akan menjalani putaran ketujuh pembicaraan tentang JCPOA,

“Dia mengatakan, 'Hanya karena kita ada di sana, itu tidak berarti kita akan mengabaikannya (masalah lain)',” sambungnya.

Pemerintah Irak sedang berjuang untuk berurusan dengan milisi yang secara ideologis bersekutu dengan Iran yang dituduh menembakkan roket ke pasukan AS dan terlibat dalam pembunuhan aktivis pro-demokrasi yang damai.

Baca Juga: Positif Covid-19, Alice Norin Tetap Beri ASI untuk Sang Anak!

Sebelumnya, pada bulan Juni, Irak membebaskan komandan milisi yang bersekutu dengan Iran Qasim Muslih, yang ditangkap pada bulan Mei atas tuduhan terkait terorisme, setelah pihak berwenang tidak menemukan cukup bukti yang memberatkannya.

“Sebagai masalah hukum internasional, Amerika Serikat bertindak sesuai dengan haknya untuk membela diri. Serangan-serangan itu diperlukan untuk mengatasi ancaman dan dalam cakupan yang terbatas,” terang Kirby tentang serangan udara hari Minggu 27 Juni 2021.

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa serangan udara AS tampaknya menjadi respons yang ditargetkan dan proporsional terhadap ancaman serius dan spesifik.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa melindungi para pahlawan militer membela kebebasan adalah prioritasnya.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler